Saturday, March 30, 2019
Thursday, March 28, 2019
Wednesday, March 27, 2019
Grace Based Parenting: F.A.M.I.L.Y.
Nats:
Yosua 1: 7-9
Ayat Mas:
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu
siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan yang tertulis
di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan
beruntung.” (Yosua 1:8)
Apakah Prinsip FAMILY yang kita renungkan selama seminggu
ini telah dipraktekkan?
REFLEKSI:
Selama
seminggu ini kita telah membahas beberapa point berkenaan dengan Grace Based Parenting dengan akronim
FAMILY, mari kita review sejenak:
F okus pada
karakter Allah Bapa
A nugerah dan
Kebenaran yang Memperkaya Relasi di Rumah
M engampuni Ketika
Kita Tak Sanggup Memahami
I man yang
Bertahan di Tengah Tekanan
L ebih Bebas
Untuk Menjadi Berbeda
Y esus Sebagai
Kepala Keluarga
Allah
yang bekerja di dalam sejarah sangat menghargai keluarga – sejak jaman bapa-bapa
orang beriman, bagaimana pengajaran
ditekankan dimulai dari keluarga. Allah berbicara juga kepada Yosua, untuk memperkatakan
dan merenungkan
Taurat Tuhan (Firman Tuhan) siang dan malam, hidup seisi keluarga dan
bangsa megikuti perintah-Nya, maka berkat Allah akan menyertai.
Setiap
keluarga memiliki kisah, catatan yang kelam dan tidak sempurna, demikian juga
dengan tokoh-tokoh Alkitab, latar belakang keluarga mereka punya catatan yang
tak selalu bersih. Namun justru di balik kegagalan, kejatuhan bahkan kekelaman
keluarga, kita melihat karya Anugerah Allah semakin nyata.
Dalam
kehidupan Abraham, Musa, Daud, Yusuf, bahkan nenek moyang Tuhan Yesus. Alkitab
begitu transparan memaparkan kehidupan tokoh iman yang otentik. Ada kasih Allah
di dalam kisah hidup mereka. Perjalanan rohani yang up and down, perselingkuhan dan poligami, konflik keluarga yang
berkepanjangan, pengasuhan yang salah membuat iri hati saudara sekandung, serta
dosa-dosa lain yang tak ditutupi semakin meneguhkan Karya Allah yang Menebus
kehidupan keluarga yang rapuh.
Ketika
keluarga berfokus pada kasih Allah Bapa, maka kasih itulah akan memulihkan
relasi di rumah yang dibungkus di dalam anugerah dan kebenaran; dengan anugerah
yang telah kita terima dari Allah memampukan kita mengampuni orang-orang yang
telah melukai kita khususnya di dalam konteks keluarga, entah pasangan, orang
tua, anak, saudara kandung, sepupu, ipar, atau bahkan saudara tiri kita.
Pengampunan membawa pemulihan, rekonsilaisi memperbaiki relasi yang hancur dari
konflik masa lalu. Keluarga kita tak imun dan steril dari tekanan dan
tantangan, namun karena Iman lah yang membuat kita bertahan. Setiap anggota
keluarga unik dan berbeda, di sanalah kita semakin melihat potensi tiap anggota
keluarga (khususnya anak-anak kita) menjadi sesuatu yang berharga. Setiap anggota
keluarga bisa saling menghargai keunikan dan kemampuan masing-masing selama
kita tunduk di bawah Kristus, yang adalah Kepala.
Jika
Kristus adalah Kepala Keluarga kita, ia menjadi urutan no. 1 di dalam “Kartu
Keluarga” kita secara rohani. Karakter anggota keluarga kita sudah seharusnya
mencerminkan karakter Kepala Keluarga kita, sehingga orang lain, khususnya
mereka yang belum percaya dapat melihat—kita benar-benar Keluarga Kristus.
RENUNGKAN
Sudahkah kita menjadi keluarga yang taat dan menjadi berkat?
Adakah Karakter Kristus dinyatakan dalam
kehidupan keluarga kita?
SHARINGKAN
Bagikanlah perjalanan hidup keluarga kita di tengah
kerapuhan, kegagalan, ketidak sempurnaan namun di sanalah kita sedang
menyaksikan anugerah Alllah.
POWER STATEMENT
KASIH
ALLAH PENUH ANUGERAH YANG MENGUBAH KISAH KELUARGA KITA MENJADI BERKAT BAGI KELUARGA
LAIN KETIKA KITA MENYAKSIKANNYA
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Tuesday, March 26, 2019
Grace Based Parenting: Y ESUS SEBAGAI KEPALA KELUARGA
Nats:
Efesus 5:21 – 6:4
Ayat Mas:
“dan
rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.”
(Efesus 5:21).
Apakah selama ini kita telah menundukkan diri kepada
Kristus? Benarkah Tuhan Yesus telah menjadi pusat dan kepala dalam keluarga?
REFLEKSI:
Tuhan
Yesus ingin menjadi Tuhan atas hidup kita (Roma 14:9). Jika demikian, Kristus
seharusnya menjadi pemilik dan pengatur hidup kita, bisnis kita, studi kita
serta rumah kita. Dan kita tak akan pernah mendapatkan sukacita sejati dalam
kerutinan kita, sampai kita menyerahkan sepenuhnya kepada Kristus. Sampai kita
mengatakan, “Apa pun yang Yesus katakan, baik di sekolah, di gereja, dan di
rumah, apa pun yang Yesus katakan, saya akan lakukan!”
Setiap
orang merindukan rumah dan keluarga yang bahagia. Tentunya kebahagiaan di sini
melebihi dari kepuasan dari kebutuhan sehari-hari. Rumah yang penuh dengan
aroma saling menghormati bukan bau yang saling merendahkan. Rumah penuh tawa
bukan kepahitan. Kontak mata bukan sekedar kontak handphone. Damai bukan konflik. Perasaan kebersamaan bukan
kesendirian.
Jika
kita ingin menjadi keluarga yang
bahagia, kita harus terlebih dahulu meletakkan dasar rumah tangga kita di bawah
Ketuhanan Kristus. Percaya Kristus
sebagai Juruselamat, menyerahkan diri kita kepada Dia sebagai Tuhan, dan mengorientasikan
seluruh hubungan keluarga di dalam Dia, dan mentransformasi rumah kita menjadi
surga kecil di bumi. Meskipun di dalam anggota keluarga kita ada yang belum
percaya Tuhan, ada banyak anugerah dan kuasa untuk kasih kita
di bawah Ketuhanan Kristus.
Efesus
5 dan 6 adalah teks Alkitab yang sudah kita kenal. Berhubungan dengan suami
istri serta orang tua dan anak. Inti
dari kedua pasal itu sebetulnya sama: Jika Kristus menjadi Tuhan kita, Ia harus
menjadi Tuhan atas keseluruhan hidup kita. Tetapi kembali pada ayat sebelumnya,
ayat 15, “Karena itu perhatikanlah dengan sesama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Dan di ayat 21, “dan rendahkanlah (dalam
terjemahan lain: tundukkanlah) dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
akan Kristus. Dan di ayat sebelumnya, ayat 18, “tetapi hendaklah hidupmu penuh
dengan Roh.” Ketika Roh Kudus memenuhi
kita, hati kita akan penuh dengan ucapan syukur dan pujian (ayat 19, 20). Tunduk
kepada seseorang bukan berarti sebuah pemberontakan dari inferioritas atau
sekedar menyenangkan seseorang. Tetapi lebih kepada demontsrasi kerendahan hati
dan kesiapan untuk melayani.
Aplikasi
dari ayat-ayat tersebut dalam konteks di rumah/keluarga adalah ketika istri
tunduk pada suami, suami mengasihi istri, anak-anak taat dan hormat pada orang
tua. Semua itu terjadi ketika Roh Allah bekerja di dalam kehidupan keluarga. 1
Korintus 12:3 menegaskan, “…tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus
adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.” Ketika seorang dengan rendah hati tunduk
di bawah Ketuhanan Kristus, Roh Kudus bekerja. Jika kerinduan kita adalah
supaya terjadi transformasi di dalam kehidupan keluarga kita, kita harus
menyerahkan seluruh hidup kita kepada Kristus, dan menyerahkan keseharian kita
sebagai ibadah kepada-Nya. Ketika Yesus menjadi kepala, kehidupan dalam rumah
tangga akan ditransformasi.
RENUNGKAN
Bagi mereka yang mendambakan keluarga bahagia: Apakah kita
sudah dipenuhi Roh Kudus? Apakah kita telah tunduk di bawah Ketuhanan Kristus?
SHARINGKAN
Bagaimana pengalaman saudara sebagai suami, istri dan
anak-anak untuk belajar menundukkan diri dalam konteks ketaatan kepada Kristus.
Adakah halangan-halangan atau karakter yang membuat kita sulit untuk
menundukkan diri?
POWER STATEMENT
TUNDUK PADA KRITUS BERARTI KITA HARUS MENTUHANKAN DIA BUKAN MENTUHANKAN DIRI
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Monday, March 25, 2019
Grace Based Parenting: L ebih Bebas Untuk Menjadi Berbeda
Nats:
Mazmur 103, 11, 13-14, 17
AYAT MAS:
“Seperti
bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang
takut akan Dia.” (Mazmur 103: 13).
Apakah atmosfer anugerah telah diciptakan dan dipelihara di
dalam keluarga?
REFLEKSI:
Anak-anak
akan cenderung mengikat kehidupannya dengan Allah Bapa ketika mereka dibesarkan
dalam atmosfer yang merefleksikan hati dari anugerah-Nya. Allah adalah Allah
yang menyukai keragaman dan mengasihi kita di dalam perbedaan karena Ia pun
menciptkan kita berbeda dengan sesama kita. Rumah yang penuh anugerah bukan
hanya memberi ruang pada perbedaan tetapi justru merayakannya.
Rumah
yang penuh anugerah selalu mengkomunikasikan kasih dengan tidak ditentukan oleh
perilaku anak. Atmosfer anugerah mendorong orang tua untuk:
·
Mendengarkan lebih banyak ketimbang memberi
ceramah.
·
Menanggapi lebih banyak ketimbang bereaksi negatif.
·
Mendoakan lebih banyak ketimbang menghakimi.
Rumah penuh anugerah tidak
membesarkan isu-isu kecil atau memperdebatkan yang tidak mendasar lebih dari
proporsinya. Atmosfer anugerah pertama-tama diciptakan oleh orang tua untuk
memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk berbeda. “Berbeda” bisa mengarah
pada hal yang berbeda dengan orang tua bahkan tidak biasa tetapi tidak berdosa.
Orang tua yang legalis, terlalu kaku, lebih menekankan penampilan ketimbang
prinsip yang mendasar. Orang tua yang
penuh ketakutan lebih menekankan pada hal-hal yang eksternal, ketimbang yang
internal. Seharusnya kita melibatkan kehadiran dan kuasa Allah di dalam diri
anak. Ironisnya, banyak orang tua lebih mengikuti sistim dunia, bagaimana
mengejar kesuksesan, tanpa memperhatikan kebenaran.
Lebih
mudah kita bereaksi negatif, ketika anak-anak kita “berbeda” karena itu
mengganggu kita, mempermalukan kita bahkan terlalu cepat menyimpulkan tingkah
laku anak-anak kita salah. Standar dan
ekspektasi orang tua berdasarkan anugerah adalah Alkitab, bukan standar orang
tua itu sendiri. Tetapi jangan juga menggunakan Alkitab untuk membenarkan pendapat
orang tua sendiri. Ketika kita menggunakan
Alkitab untuk menyerang anak-anak kita, demi membenarkan pendapat kita (yang
juga belum tentu benar) kita jatuh dalam pelanggaran dari Keluaran 20:7, yaitu
menggunakan nama Allah dengan sia-sia. Anak-anak akan menghargai dan merespons
dengan tepat aturan yang diberikan orang tua ketika: kita menerapkannya di dalam
anugerah, beralasan dan logis.
Tingkah
laku “berbeda” seringkali berhubungan dengan problem sesungguhnya yaitu
berkenaan dengan HATI sang anak. Kita perlu mengoreksi perilaku bukan sekedar
menghukumnya. “Tingkah laku berbeda” adalah ungkapan di luar yang menunjukkan
apa yang terjadi di dalam, yaitu pergumulan melawan dosa, kemarahan dan rasa
malu. Orang tua yang menekankan anugerah lebih fokus pada hati ketimbang
hal-hal yang di luar. Ketika bagian di
dalam telah dikoreksi, akan berpengaruh ke luar dengan sendirinya.
Berikan
kesemapatan kepada anak untuk berbeda, dengan mengembangkan potensi secara
maksimal. Anugerah memberi kebebasan untuk menjadikan anak unik. Anugerah
mengkomunikasikan kasih tanpa syarat kepada anak, sehingga mereka akhirnya
merasakan Kasih Bapa. (Mazmur 103:13)
RENUNGKAN
Adakah kita mengijinkan anak-anak kita untuk “berbeda”?
Apakah yang sering menjadi ketakutan orang tua? Bagaimana kita bereaksi ketika
melihat anak kita “berbeda” dengan kita?
SHARINGKAN
Pengalaman sulit apakah yang pernah dilalui dengan anak-anak
dan kita berhasil melewatinya? Bagaimana Tuhan membentuk karakter orang tua sendiri
lewat masa-masa sulit itu?
POWER STATEMENT
ORANG TUA YANG PENUH ANUGERAH ADALAH MEREKA YANG
TELAH MENGALAMI ANUGERAH DARI ALLAH BAPA TERLEBIH DAHULU
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Sunday, March 24, 2019
Grace Based Parenting: I man yang Bertahan di Tengah Tekanan
![]() |
Nats:
Mazmur 78: 1-16
AYAT MAS:
“kami
tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan
kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya dan
perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.” (Mazmur 78:4)
Adakah terpaan,
tekanan dan tempaan yang Tuhan ijinkan terjadi di dalam kehidupan keluarga saat
ini? Bagaimana Saudara bisa bertahan?
REFLEKSI:
Kita
diselamatkan di dalam anugerah dan kita diteguhkan di dalam iman dalam
perjalanan rohani kita. Kehidupan Kristen tidaklah steril dan imun dari
berbagai tekanan, godaan serta ujian. Di sanalah kita membutuhkan iman untuk
tetap bertahan, dan hal itu sangatlah ditentukan oleh hubungan kita dengan
Tuhan. Hubungan yang erat dengan Tuhan memperkuat iman kita.
Teri
Roberts, dalam bukunya “Forgiven,”
ibu dari seorang penembak Anak-Anak Sekolah Komunitas Amish pada tanggal 2
October 2006, di Nickel Mines, Pennsylvania, mengisahkan bagaimana mereka
sebagai suami istri bisa bertahan di tengah krisis. Mereka bisa bertahan karena
mereka memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, bahkan ketika krisis menerpa,
hubungan mereka dengan Tuhan makin mendalam. Itulah juga mengeratkan dan
mengikat mereka dalam pernikahan sehingga mereka tetap bertahan.
Seringkali
iman kita stabil dan tak perlu dipertanyakan sampai pada suatu saat sesuatu
terjadi di dalam pernikahan dan keluarga, di sanalah iman kita ditantang.
Tantangan kita tak seberat yang dihadapi keluarga Robert, tetapi mungkin kita
sedang menhadapi sakit pernyakit, krisis keuangan, krisis relasi, anak-anak
yang memberontak dan sebagainya. Apa yang kita butuhkan? Kita perlu menyadari
akan perhatian Allah yang bekerja melalui Roh Kudus di dalam kita. Apa yang
perlu kita berjaga-jaga? Tetap melihat kebaikan Allah di tengah kesukaran.
Mendidik
dan membesarkan anak di dalam anugerah dan iman menjadi sebuah model untuk orang tua. Bagaimana kita
memperkuat relasi di dalam kasih, mempertahankan nilai-nilai kebenaran serta
mendahulukan Tuhan lebih dari segalanya, belajar saling menghargai perjalanan
rohani tiap anggota keluarga.
Oswald
Chambers dalam tulisannya My Utmost for
His Highest, mengatakan: “Never trust anything but the grace of God in
yourself or in anyone else.” Mungkin pasangan kita tidak berubah, anak-anak
kita belum berubah, situasi tetap sama, dan kita tak tahu ke depan seperti apa,
namun keyakinan iman kita tetap pada TUHAN; yang bekerja di dalam segala sesuatu dengan anugerahNya yang dilimpahkan kepada
kita dari sehari ke sehari.
Pembentukan
Iman di dalam keluarga dimulai dari hal-hal yang mendasar:
Carilah dan dahulukan Tuhan di dalam hidup kita. Carilah di
dalam doa, mintalah Ia bekerja di dalam hidup kita terlebih dahulu, bahkan ketika terjadi konflik dengan pasangan dan
anak-anak.
Bagikan dan hargailah pengalaman rohani anggota keluarga kita.
Tuliskan di dalam jurnal akan kebaikan Tuhan, dan bersyukur untuk apa yang
Tuhan sudah kerjakan di masa lalu, masa kini dan masa akan datang dalam
keluarga kita (Mazmur 78: 3-4). Berterima kasih atas apa yang telah terjadi
itulah ucapan syukur, tetapi belajar berterima kasih kepada Tuhan untuk sesuatu
yang belum terjadi itulah iman. Teri
Roberts tengah menderita kanker stadium 4 (sebelum peristiwa anaknya melakukan
penembakan) dan ia memilih bertahan di dalam anugerah Tuhan dan tetap memiliki
pengharapan di dalam Tuhan serta melihat segala kebaikanNya.
Berdoalah Bersama.Biasakan ini menjadi habit. Ketika keluarga menghadapi pergumulan, jadikanlah Doa
Bersama menjadi benteng pertahanan keluarga. Ingat ini seperti sebuah
peperangan rohani. Jangan sampai ada anggota keluarga lengah dan lemah, karena
kurang berdoa. Kita mengikat pertahanan iman dengan doa.
Carilah Sahabat dan Komunitas. Perubahan dan transformasi tak
akan terjadi di dalam sebuah isolasi. Sahabat, konselor, mentor, gembala,
bahkan komunitas sering dipakai Tuhan untuk menolong kita. Ketika suami Teri
Roberts tidak siap untuk mengunjungi para orang tua korban penembakan akibat
tindakan anaknya, ia mencari sahabat dan konselor untuk masalah trauma untuk
pergi bersama dengan mereka mengunjungi keluarga para korban. Tepatlah yang
dikatakan firman Tuhan, “Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan
dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkotbah 4:12)
RENUNGKAN
Siapa yang kita cari di tengah kesulitan? Apakah kita lebih
bergantung pada orang atau diri sendiri? Ataukah kita semakin bergantung pada
Tuhan?
SHARINGKAN
Bagikanlah pengalaman hidup beserta keluarga ketika
menghadapi badai yang menghantam? Adakah pengalaman bersama Tuhan di tengah
tekanan memperkaya iman saudara?
POWER STATEMENT
IMAN YANG BERTAHAN DI TENGAH KESULITAN KETIKA
BETUL-BETUL MENGANDALKAN TUHAN DAN TIDAK MENJADIKAN DIA SEBAGAI CADANGAN
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Subscribe to:
Posts (Atom)
SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK
Nats: Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (...

-
"Kemudian, Allah berkata, "Marilah sekarang Kita membuat manusia menurut gambar Kita, dalam keserupaan Kita. ... Maka, Allah me...
-
2 Timotius 1 “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.” (2 Tim. ...
-
Nats: Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (...