![]() |
Nats:
Mazmur 78: 1-16
AYAT MAS:
“kami
tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan
kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya dan
perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.” (Mazmur 78:4)
Adakah terpaan,
tekanan dan tempaan yang Tuhan ijinkan terjadi di dalam kehidupan keluarga saat
ini? Bagaimana Saudara bisa bertahan?
REFLEKSI:
Kita
diselamatkan di dalam anugerah dan kita diteguhkan di dalam iman dalam
perjalanan rohani kita. Kehidupan Kristen tidaklah steril dan imun dari
berbagai tekanan, godaan serta ujian. Di sanalah kita membutuhkan iman untuk
tetap bertahan, dan hal itu sangatlah ditentukan oleh hubungan kita dengan
Tuhan. Hubungan yang erat dengan Tuhan memperkuat iman kita.
Teri
Roberts, dalam bukunya “Forgiven,”
ibu dari seorang penembak Anak-Anak Sekolah Komunitas Amish pada tanggal 2
October 2006, di Nickel Mines, Pennsylvania, mengisahkan bagaimana mereka
sebagai suami istri bisa bertahan di tengah krisis. Mereka bisa bertahan karena
mereka memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, bahkan ketika krisis menerpa,
hubungan mereka dengan Tuhan makin mendalam. Itulah juga mengeratkan dan
mengikat mereka dalam pernikahan sehingga mereka tetap bertahan.
Seringkali
iman kita stabil dan tak perlu dipertanyakan sampai pada suatu saat sesuatu
terjadi di dalam pernikahan dan keluarga, di sanalah iman kita ditantang.
Tantangan kita tak seberat yang dihadapi keluarga Robert, tetapi mungkin kita
sedang menhadapi sakit pernyakit, krisis keuangan, krisis relasi, anak-anak
yang memberontak dan sebagainya. Apa yang kita butuhkan? Kita perlu menyadari
akan perhatian Allah yang bekerja melalui Roh Kudus di dalam kita. Apa yang
perlu kita berjaga-jaga? Tetap melihat kebaikan Allah di tengah kesukaran.
Mendidik
dan membesarkan anak di dalam anugerah dan iman menjadi sebuah model untuk orang tua. Bagaimana kita
memperkuat relasi di dalam kasih, mempertahankan nilai-nilai kebenaran serta
mendahulukan Tuhan lebih dari segalanya, belajar saling menghargai perjalanan
rohani tiap anggota keluarga.
Oswald
Chambers dalam tulisannya My Utmost for
His Highest, mengatakan: “Never trust anything but the grace of God in
yourself or in anyone else.” Mungkin pasangan kita tidak berubah, anak-anak
kita belum berubah, situasi tetap sama, dan kita tak tahu ke depan seperti apa,
namun keyakinan iman kita tetap pada TUHAN; yang bekerja di dalam segala sesuatu dengan anugerahNya yang dilimpahkan kepada
kita dari sehari ke sehari.
Pembentukan
Iman di dalam keluarga dimulai dari hal-hal yang mendasar:
Carilah dan dahulukan Tuhan di dalam hidup kita. Carilah di
dalam doa, mintalah Ia bekerja di dalam hidup kita terlebih dahulu, bahkan ketika terjadi konflik dengan pasangan dan
anak-anak.
Bagikan dan hargailah pengalaman rohani anggota keluarga kita.
Tuliskan di dalam jurnal akan kebaikan Tuhan, dan bersyukur untuk apa yang
Tuhan sudah kerjakan di masa lalu, masa kini dan masa akan datang dalam
keluarga kita (Mazmur 78: 3-4). Berterima kasih atas apa yang telah terjadi
itulah ucapan syukur, tetapi belajar berterima kasih kepada Tuhan untuk sesuatu
yang belum terjadi itulah iman. Teri
Roberts tengah menderita kanker stadium 4 (sebelum peristiwa anaknya melakukan
penembakan) dan ia memilih bertahan di dalam anugerah Tuhan dan tetap memiliki
pengharapan di dalam Tuhan serta melihat segala kebaikanNya.
Berdoalah Bersama.Biasakan ini menjadi habit. Ketika keluarga menghadapi pergumulan, jadikanlah Doa
Bersama menjadi benteng pertahanan keluarga. Ingat ini seperti sebuah
peperangan rohani. Jangan sampai ada anggota keluarga lengah dan lemah, karena
kurang berdoa. Kita mengikat pertahanan iman dengan doa.
Carilah Sahabat dan Komunitas. Perubahan dan transformasi tak
akan terjadi di dalam sebuah isolasi. Sahabat, konselor, mentor, gembala,
bahkan komunitas sering dipakai Tuhan untuk menolong kita. Ketika suami Teri
Roberts tidak siap untuk mengunjungi para orang tua korban penembakan akibat
tindakan anaknya, ia mencari sahabat dan konselor untuk masalah trauma untuk
pergi bersama dengan mereka mengunjungi keluarga para korban. Tepatlah yang
dikatakan firman Tuhan, “Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan
dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkotbah 4:12)
RENUNGKAN
Siapa yang kita cari di tengah kesulitan? Apakah kita lebih
bergantung pada orang atau diri sendiri? Ataukah kita semakin bergantung pada
Tuhan?
SHARINGKAN
Bagikanlah pengalaman hidup beserta keluarga ketika
menghadapi badai yang menghantam? Adakah pengalaman bersama Tuhan di tengah
tekanan memperkaya iman saudara?
POWER STATEMENT
IMAN YANG BERTAHAN DI TENGAH KESULITAN KETIKA
BETUL-BETUL MENGANDALKAN TUHAN DAN TIDAK MENJADIKAN DIA SEBAGAI CADANGAN
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment