“Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi ...” (Why. 1:1)
Saya percaya kebanyakan kita sudah menonton film “The Chronicles of Narnia” yang diangkat dari novel yang ditulis oleh C.S. Lewis. Dalam film atau novel itu, kita melihat ketiga anak yang menembus lemari itu, sangat kaget ketika menemukan satu dunia asing yang sama sekali berbeda dengan dunia nyata. Hal yang sama juga kita alami ketika membaca kitab Wahyu sepertinya kita memasuki dunia lain yang penuh dengan simbol-simbol, angka-angka, dan gambaran-gambaran yang menurut kita “aneh-aneh”. Maka tidaklah heran jika kita menyebut kitab Wahyu sebagai kitab yang sulit. Memang dari semua kitab dalam Alkitab, tampaknya tidak ada satu pun yang lebih membingungkan daripada kitab Wahyu. Hal ini membuat kita tidak berani, enggan, bahkan malas membaca dan merenungkan kitab Wahyu.
Kitab ini diawali dengan frase “Inilah wahyu Yesus Kristus”. Kata “wahyu” dalam bahasa aslinya memiliki arti “penyingkapan”. Artinya, kitab ini menyingkapkan, bukan menyembunyikan sehingga dapat dimengerti oleh pembacanya. Tetapi kenyataannya kitab ini tidak semudah istilah “wahyu” itu sendiri, karena kebenaran di dalam kitab ini disingkapkan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, dan gambaran-gambaran yang hanya dapat dimengerti langsung oleh orang-orang pada zaman ketika kitab ini ditulis. Lalu bagaimana reaksi kita? Menjauhkan kitab ini dan tidak membacanya sama sekali? Atau bahkan memuseumkannya? Tidak! Kitab ini adalah firman Tuhan, jangan dijauhkan atau dimuseumkan, tetapi mari kita dekati.
Untuk memahami kitab ini, kita harus melakukan 3B. 1) Baca. Dalam ay. 3 dikatakan ”Berbahagialah ia yang membacakan ... nubuat ini ...” Menolak kitab Wahyu, berarti menolak firman Tuhan. Maka orang yang membaca kitab ini disebut berbahagia. 2), Berdoa. Selain membaca, kita juga harus berdoa minta pimpinan Roh Kudus untuk menyingkapkan firman-Nya. Yohanes melihat penglihatan itu, ketika ia dipenuhi Roh Kudus (ay. 10). 3), Belajar. Untuk mengerti kitab Wahyu dibutuhkan kerendahan hati untuk mau belajar. Waktu kita belajar, Roh Kudus bekerja. Puncak dari semuanya adalah bagaimana kita menerapkan apa yang telah kita pahami dalam firman Tuhan. Ayat 3 ditutup dengan, ”... dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Kitab Wahyu sulit ...? Tidak juga, kalau kita mau melakukan 3B, baca, berdoa dan belajar!
Kalau Roh Kudus bekerja, yang tersembunyi pun disingkapkan.
2 comments:
trima kasih untuk kepercayaannya.
tapi saya belom pernah nonton “The Chronicles of Narnia” yang diangkat dari novel yang ditulis oleh C.S. Lewis.... T_T
Hi, chk :) thx ya untuk komentarnya. wah, mesti nonton tuh, bagus lho....
Post a Comment