Friday, June 14, 2019

PERCAYALAH


Nats:
Yohanes 20:30-31

Ayat Mas:
Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya…” (Yohanes 17:23).

PENDALAMAN
                Kesulitan untuk percaya mungkin banyak terjadi, tetapi ada yang lebih berbahaya, ketidaksadaran akan ketidakpercayaan. Tomas, yang pada awalnya tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tetapi setelah mengalami  perjumpaan (encounter) pribadi dengan Yesus,  maka  Tomas menjadi percaya. Jika ada perubahan dalam diri Tomas, maka sangat mungkin bisa terjadi pada kita.  
                Tomas mungkin sangat lambat untuk percaya, tetapi ia tidak lambat menangkap implikasi dari kebangkitan Yesus. Yesus diakui bukan hanya sebagai Tuhannya saja, tapi Allahnya juga. Iman Tomas sekarang bertambah teguh, ia tak lagi menjadi peragu atau skeptik. 
                Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk kelompok peragu, skeptik, yang selalu menuntut segala sesuatu harus dengan bukti termasuk kepada Tuhan? Kristus menantang kita, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29). Tuhan Yesus Kristus sendiri memberikan ucapan bahagia kepada mereka yang tak melihat tapi percaya. Terlebih bagi kita yang sudah mengalami banyak hal yang Tuhan nyatakan. Jika Tuhan Yesus mampu membangkitkan Lazarus yang sudah mati 4 hari, bahkan Ia sendiri sudah bangkit dari kematian. Bukti apa lagi yang kita butuhkan? Ada proses untuk menjadi percaya, tetapi jangan tanpa sadar kita mengeraskan hati untuk percaya, karena kita sudah terbiasa mengukur sesuatu dengan logika atau tidak melihat apa yang Tuhan sudah nyatakan.
                Kuasa Kebangkitan Kristus telah mengubah para murid-Nya, bahkan kesaksian itu diteguhkan oleh 500 saksi pada saat itu. Kesaksian para murid akan kuasa kebangkitan Kristus semakin jelas. Petrus si penyangkal, menjadi pengkhotbah KKR; Tomas si peragu rela menjadi martir. Sebelumnya para murid berlari karena ketakutan, namun setelah kebangkitan Kristus, mereka berlari untuk memberitakan Injil dengan keberanian.

Jika kebangkitan meyakinkan  kita akan Mesias, Juruselamat kita yang Bangkit dan Hidup, apakah kita pun berani menyaksikan Mesias kepada mereka yang ragu bahkan tidak percaya akan Yesus?

Berdoalah supaya kita percaya, bukan setelah kita menerima sesuatu, tetapi belajar percaya sebelum kita mendapat sesuatu.
               
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

Thursday, June 13, 2019

DOA YESUS UNTUK KESATUAN

Nats:
Yohanes 17:20-26

Ayat Mas:
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:23).

PENDALAMAN
                Jalan pemikiran Yesus begitu jelas: doa-Nya di bumi untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:20-23), doa surgawi-Nya untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:24) dan perkataan kekal-Nya untuk Gereja-Nya (17:25-26). Kristus berdoa untuk kesatuan Gereja. Kesatuan umat Tuhan bersifat supranatural karena hal itu datang dari sifat  Allah dan hanya bisa dialami ketika kita betul-betul dekat dengan Dia. Namun, kesatuan bukan berarti keseragaman dalam segala sesuatu. Sama halnya dengan Allah Tritunggal: ada tiga Pribadi yang berbeda, namun mereka adalah Satu. Jika para pengikut Kristus meninggikan Kristus dan hanya fokus kepada Dia, maka kesatuan akan dapat terjadi, akan tetap ada kesatuan di tengah perbedaan gaya, kepribadian, dan pendapat.
                Kesatuan yang Juruselamat doakan hanya dapat terjadi jika Roh Kudus berdiam di dalam kita dan menumbuhkan kita untuk selalu dekat dengan Dia, dengan berakar dan dikuatkan di dalam Firman-Nya. Mengejar kesatuan sangatlah krusial! Jika kita memelihara kesatuan, dunia akan melihat dan percaya bahwa Yesus datang dari Allah. Kesatuan adalah kesaksian Injil! Kita hidup dalam dunia yang terpecah dan terbagi. Kesatuan Kristen sangatlah penting karena akan mendemonstrasikan kasih Kristus kepada dunia yang penuh kekecewaan, kepahitan dan kebencian. Ini adalah pekerjaan supranatural – karena hanya terjadi jika Kristus tinggal di dalam kita!     
                Thomas Merton mengingatkan, “Perpecahan dalam Gereja akan menumbuhkan ateisme di dalam dunia.” Kaum millenial dan digital menjadi apatis dan antipati terhadap Gereja karena mereka melihat perpecahan dalam Gereja begitu massive dan agresif. Mereka tak bisa menghubungkan kasih Allah yang mereka dengar dari khotbah dengan kesaksian orang-orang Kristen (pelayan Tuhan) yang dengan angkuhnya menunjukkan keegoan dan perpecahan. Dan ini sangat menyedihkan!
                Kesatuan di antara saudara-saudara seiman hanya dimungkinkan jika datang dari sikap rendah hati. Kesatuan tidak datang secara otomatis, harus diusahakan. Ketika seorang pria dan seorang wanita menjadi satu dalam pernikahan, mereka harus memiliki komitmen untuk kesatuan, komitmen yang terus-menerus untuk berkomunikasi, membagikan perasaan, menghabiskan waktu bersama, memperdalam relasi dalam tubuh, jiwa dan roh. Kesatuan seperti inilah yang diperlukan di dalam konteks Tubuh Kristus, komitmen untuk bersatu dalam pertolongan Allah. Dan ini menjadi kesaksian yang berdampak bagi dunia – benar, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Perpecahan menjadi batu sandungan, tetapi kesatuan menjadi kesaksian, menjadi Batu Penjuru!

Kesaksian apakah yang dapat kita tawarkan kepada dunia dalam konteks kesatuan?

Doakanlah agar generasi milenial/digital bisa dimenangkan lewat kesatuan dan kesaksian anak-anak Tuhan.

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...