Wednesday, April 10, 2019

Berproses Dalam Pelayanan

Nats:
2 Korintus 12:1-10

Di zaman yang serba instan ini banyak orang yang tidak senang dengan proses. Proses itu lama. Sementara orang-orang zaman sekarang sukanya serba cepat. Lebih cepat lebih baik. Memang ada banyak hal yang dengan kecanggihan teknologi bisa dipercepat oleh manusia, tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa  banyak hal yang harus berjalan dan dilalui melalui sebuah proses. Hidup itu sendiri adalah sebuah proses.


Pelayanan adalah sebuah proses. Ada proses-proses yang harus kita jalani dalam pelayanan. Mengapa perlu ada proses? Atau untuk apa proses itu? Proses itu perlu untuk membentuk karakter kita menjadi lebih dewasa di dalam Kristus sehingga pelayanan kita semakin lebih baik dan berkenan di hadapan Allah.

Perikop 2 Kor. 12:1-10 ini merupakan proses yang dihadapi oleh Paulus dalam pelayanannya. Dari sini kita belajar tiga hal yang bisa dipakai Tuhan supaya kita berproses dalam pelayanan. Tiga hal itu saya singkat menjadi 3K:

1.      Komunitas

Tuhan tidak menempatkan kita seorang diri dalam pelayanan, tetapi Dia menempatkan kita dalam sebuah komunitas (jemaat). Tujuannya, karena ada proses-proses yang harus kita jalani di dalam komunitas untuk membentuk kita. Ini dialami oleh rasul Paulus. Paulus diperhadapkan dengan jemaat yang memiliki berbagai pandangan dan tanggapan mengenai pelayanannya. Pelayanannya sering dipuji, dan dihargai. Tetapi konteks perikop ini adalah di antara jemaat ada yang meragukan kerasulannya dan dia dianggap duniawi. Itulah sebabnya Paulus merasa perikop ini perlu ditulis untuk membuktikan keaslian kerasulannya kepada orang-orang yang meragukannya. Ini adalah fakta yang tidak bisa dihindari oleh Paulus karena dia berada dalam komunitas (jemaat).

Kalau kita melayani di gereja yang memiliki jemaat 500 orang, itu artinya kita berhadapan dengan 500 karakter yang berbeda. Di antara 500 itu mungkin ada yang senang memberi pujian ketika kita melayani, tetapi ada juga yang senang memberi kritikan. Kata seorang dosen saya, kadang-kadang kita ditraktir, tetapi kadang-kadang juga ditraktor. Ada yang sangat percaya kepada kita, ada juga yang sangat meragukan kita. Ada yang menghargai pelayanan kita, tetapi tidak sedikit yang menganggap remeh. Ada kalanya diapresiasi, tetapi ada kalanya jg diamputasi. Namun, semuanya berguna untuk membentuk kita dalam pelayanan. Sama seperti kata amsal, ”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Ams. 27:17).

2.      Kesuksesan

Kita sering mendengar dan menyaksikan bagaimana Tuhan memroses dan membentuk banyak orang melalui kegagalan dan masalah. Namun, Tuhan dapat memproses kita tidak selalu melalui kegagalan dan masalah, tetapi juga lewat kesuksesan atau keberhasilan dalam pelayanan yang kita lakukan. Rasul Paulus dalam perikop ini menceritakan pengalaman rohaninya yang luar biasa yang juga menunjukkan satu keberhasilan dalam pelayanannya. Ia membuktikan bahwa ia bukanlah rasul yang biasa, tetapi rasul yang berhasil dengan sejumlah pengalaman yang istimewa. Kesuksesan pelayanan yang dicapai oleh rasul Paulus ini membawa dia sampai kepada pemahaman puncak, yaitu bahwa Allah yang ia layani adalah Allah yang benar dan Mahakuasa. Bahkan pada satu kesempatan ketika orang-orang melihat kehebatan Paulus dalam pelayanannya, bersama Barnabas, dia pernah dianggap sebagai dewa dan orang-orang mau mempersembahkan korban kepadanya dan mau menyembah dia. Tetapi Paulus melarang mereka karena ia sadar bahwa dirinya hanyalah hamba dan yang patut disembah adalah Allah. Keberhasilan yang ia alami justru semakin membuat dia sadar siapa dirinya di hadapan Allah.

Saudara-saudara, ketika kita mengalami kesuksesan dalam pelayanan, kita harus ingat bahwa itu adalah bagian dari proses yang harus kita jalani dari Tuhan. Lewat kesuksesan Tuhan ingin supaya kita menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong dalam pelayanan. Semakin kita sukses dalam pelayanan harusnya semakin kita rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama.

Namun fakta yang seringkali kita lihat adalah banyak pelayan Tuhan ketika sukses dalam pelayanan berubah fokus, bukan lagi Tuhan tetapi diri sendiri. Seringkali secara tidak sadar yang kita layani adalah diri kita sendiri, bukan lagi Tuhan. Yang kita beritakan dan kita saksikan diri dan kesuksesan kita, bukan lagi Tuhan. Maka tidak heran kalau di dalam gereja banyak orang yang lebih terkenal dari Tuhan Yesus karena yang lebih banyak diberitakan adalah dirinya sendiri, bukan Tuhan Yesus.

3.      Kelemahan

Allah sangat senang memakai orang-orang lemah dalam pelayanan. Banyak contoh dalam Alkitab bagaimana Allah memakai orang-orang yang memiliki kelemahan untuk pekerjaan yang besar. Salah satunya adalah rasul Paulus. Kita tidak bisa pungkiri bahwa Paulus memiliki sejumlah kelebihan, namun dia juga memiliki kelemahan dalam dirinya. Salah satu kelemahan Paulus yang sangat menonjol adalah  apa yang ia sebut sebagai duri dalam daging. Kita tidak tahu persis maksud dari duri dalam daging tersebut. Ada yang mengatakan itu adalah penyakit epilepsi. Ada juga yang mengatakan penyakit mata. Namun apa pun itu, yang jelas penyakit itu membuat Paulus lemah dan terbatas dalam pelayanannya. Kelemahan Paulus ini telah memroses dia sehingga sampai pada satu kesadaran yang sangat dewasa, ”Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (ay. 10).

Semua orang memiliki kelemahan. Sesungguhnya kita memiliki sejumlah kelemahan dan ketidaksempurnaan: fisik, emosi, intelektual dan rohani. Namun biasanya kita menyangkali kelemahan kita, membelanya, mancari dalih untuk menutupinya, menyembunyikannya dan membencinya. Sikap seperti ini tidak dapat membuat kita mengalami proses menuju kepada kedewasaan rohani dan karakter. Allah ingin kita sama seperti Paulus mengakui kelemahan-kelemahan kita. Berhentilah perpura-pura memiliki semuanya dan jujurlah pada diri kita sendiri. Daripada hidup dalam penyangkalan dan membuat alasan-alasan, ambilah waktu untuk mengenali kelemahan-kelemahan dalam diri kita.

Dengan menyadari kelemahan kita, membuat kita akan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan tidak lagi mengandalkan diri dalam pelayanan. Kuasa Tuhan dalam pelayanan nyata bukanlah ketika kita menunjukkan sejumlah kehebatan dan kelebihan kita, tetapi justru ketika kita melayani dalam kelemahan yang kita miliki. Kita tidak perlu malu atas kelemahan kita, tetapi justru sama seperti Paulus kita harus bermegah dalam kelemahan kita supaya kuasa Tuhan menjadi sempurna atas pelayanan yang kita lakukan.

Tantangan terbesar dalam pertumbuhan rohani adalah ‘proses’ karena proses membutuhkan konsistensi dan kesetiaan, sedangkan natur manusia cenderung inkonsisten dan tidak setia. Oleh karena itu, pelayan yang berkenan di hadapan Allah adalah pelayan yang konsisten dan setia menjalani proses dalam pelayanannya.


Oleh:
GI. Aksi Bali, M.Th. 

No comments:

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...