Saturday, April 23, 2011

KETIKA KASIH-NYA TAK TERPAHAMI

”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

(Yohanes 3:16)

”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

(Roma 5:8)

Seorang pengarang lagu bernama F.M. Lehman mencoba melukiskan kasih Allah dalam lagu yang berjudul ”Kasih Allah”. Sepenggal dari syair lagu tersebut berbunyi: ”walau lautan dijadikan tinta, lagit dijadikan kertas, tiap pohon jadi pena dan tiap orang penulisnya, tak mungkin akan menuliskan kasih Allah yang besar.” Kasih Allah memang tidak bisa diselami. Tidak ada penyelam yang sangat hebat yang dapat menyelami kasih Allah. (Apa lagi kalau penyelamnya saya, wong berenang saja hanya bisa gaya dada – begitu nyemplung, langsung dadaaa.....). Tidak ada kata dan bahasa di dunia yang mampu mendefinisikan kasih Allah dengan sempurna. Mulai dari bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sampai bahasa Mandarin tidak ada yang mampu menguraikan kasih Allah dengan sempurna. (Apa lagi bahasa Nias yang pulaunya saja tidak kelihatan di dalam peta). Kasih Allah tidak akan habis untuk diceritakan dengan metode cerita apa pun. Baik melalui cerita drama, apalagi cerita sinetron pasti sampai ribuan episode dan mungkin tidak akan ada ending-nya. Kasih Allah juga tidak dapat dirumuskan dengan rumus apa pun. Mulai dari rumus matemetika, rumus fisika, rumus kimia, sampai rumus cinta yang suka dibuat-buat oleh anak-anak muda zaman sekarang. Kasih Allah tidak dapat mengalami krisis seperti krisis keuangan, ekonomi, politik, kepemimpinan, dsb. Kasih Alah juga harganya tidak bisa naik turun seperti harga sembako dan BBM. Intinya kasih Allah memang tidak dapat dipahami.

Apa lagi kalau dibandingkan dengan kasih manusia akan semakin membuat kita tidak dapat memahami atau menyelami kasih Allah. Kualitas kasih Allah dengan kasih manusia sungguh jauh berbeda. Perbedaannya bagaikan langit dan bumi, sejauh timur dari barat. Kasih manusia telah mengalami kemerosotan, krisis yang sangat parah, dan sangat gampang untuk ditebak. Lihat saja manusia zaman ini yang dengan gampang mengobral cinta, sama seperti baju-baju di mall yang didiskon 50% + 20% + berlaku kupon potongan lagi. Maka kalau di mana-mana harga-harga naik hanya ada satu yang harganya turun, yaitu kasih manusia. Hari ini orang dengan gampang bilang I love you tetapi dengan gampang juga I lempar you. Kasih manusia pada umumnya berorientasi pada dirinya sendiri, kasih yang menguntungkan dirinya sendiri. Atau kalaupun tidak untung yang penting tidak merugikan dirinya sendiri.

Manusia mengasihi karena ingin dipuji, supaya dikasihi kembali atau asal kita meruntung/tidak rugi, namun Allah mengasihi bukan karena kita baik, bukan supaya kita membalasnya lebih atau bukan asal kita mengasihi Dia.

Itulah perbedaan kasih Allah dengan kasih manusia dan perbedaan inilah yang membuat kita semakin tidak dapat memahami kasih Allah.

Dalam Yoh. 3:16 dan Rom. 5:8, minimal ada dua yang bisa kita pelajari tentang kasih Allah, yaitu bahwa kasih Allah itu:

1. Mengorbankan Diri

Kalau Alkitab hanya mengatakan bahwa Allah begitu mengasihi dunia, itu tidak terlalu istimewa dan menghebohkan sejarah dunia. Tetapi karena Alkitab melanjutkan bahwa karena kasih-Nya itu Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, itu mengubah sejarah kehidupan manusia sehingga dibicarakan di sepanjang zaman. Kalau kasih manusia menguntungkan diri, sebaliknya kasih Alah mengorbankan diri. Pengorbanan diri Allah diwujudkan dengan kelahiran Yesus di Betlehem sekitar 2000 tahun yang lalu. Ia tidak hanya menjadi manusia, tetapi menjadi manusia yang hina. Ia tidak hanya lahir di dunia, tetapi Ia lahir dengan cara yang tidak layak di kota yang tidak layak, di sebuah kandang yang tidak layak dan palungan yang tidak layak. Bahkan orang-orang yang membesuknya pertama sekali adalah para gembala yang tidak layak. Puncaknya, Ia pun mati dengan cara yang tidak layak. Dia mengalami hukuman yang tidak layak Ia terima dari orang-orang yang memang tidak layak. Namun, kelahiran dan kematiannya yang tidak layak itu membuat manusia menjadi layak. Kalaupun ada orang yang pernah lahir atau mati dengan cara yang tidak layak, itu bukan karena pilihannya tetapi karena keadaan. Tetapi Allah dengan sengaja memilih cara kelahiran dan kematian seperti ini untuk menunjukkan betapa serius kasih-Nya kepada kita yang seringkali tidak serius mengasihi-Nya. Itulah keajaiban kasih Allah yang tidak dapat kita pahami.

2. Aktif

Allah tidak hanya berhenti pada perasaan kasih kepada manusia, tetapi diteruskan dengan tindakan aktif dan positif, bukan seperti kasih manusia yang apatis dan manipulatif. Kasih manusia acapkali hanya sebatas perasaan, tidak berbuah pada tindakan aktif. Manusia cenderung hanya ingin menerima kasih tetapi tidak mau membagikan kasih. Kita dengan mudah jatuh belas kasihan kepada orang lain, tetapi sulit melakukan tindakan kasih. Suatu sore di tengah hujan yang deras, saya pulang dari gereja ke rumah dengan mengendarai sepeda motor. Waktu berhenti di sebuah lampu merah, saya melihat seorang pemuda yang sedang menuntun sepeda motornya karena mogok di tengah hujan yang sangat deras tanpa memakai jas hujan. Begitu orang itu melintas dalam pandangan saya, langsung jatuh belas kasihan dalam hati saya. Namun, belas kasihan itu benar-benar hanya jatuh sampai-sampai ”pingsan” sehingga tidak bisa bergerak untuk bertindak dan hanya diakhiri dengan dua kata dalam hati saya, ”kasihan dia”. Itulah kasih manusia.

Namun Allah tidak demikian. Allah tidak menunggu manusia menjadi baik baru kasih-Nya bertindak. Bahkan Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rom. 5:8). Allah tidak menunggu manusia datang kepada-Nya dengan kasih yang sempurna, bahkan ketika manusia belum tahu cara mengasihi, kasih-Nya telah bertindak untuk kita. Sekali lagi inilah keajaiban kasih Allah yang tidak dapat diselami.

Moment Jumat Agung dan Paskah adalah moment kasih. Moment di mana kita memperingati kasih Allah yang mengorbankan diri-Nya dan bertindak aktif untuk kita. Biarlah moment ini juga menjadi moment untuk belajar mengasihi. Mengasihi Allah dan sesama. Mungkin ada suami istri yang merasa hubungannya sudah tidak ada kasih. Mungkin antara orang tua dan anak hubungannya sudah beku karena tidak ada kasih. Atau mungkin kita sudah jarang berbelas kasihan kepada orang lain. Mungkin itu karena kita tidak mau mengorbankan diri dan tidak mau bertindak aktif melakukan kasih. Marilah kita belajar mengorbankan diri untuk orang lain. Marilah kita belajar untuk memulai secara aktif mengasihi orang lain dan jangan menunggu mereka mengasihi kita. Mulailah dari diri kita.

Selamat Jumat Agung dan Paskah, selamat merayakan kasih.

No comments:

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...