Nats:
Yohanes 18:18-27
Ayat Mas:
“Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia,
Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga" (Matius 10:33).
Kisah Petrus berkaitan dengan penyangkalan, pengakuan, pertobatan dan
pemulihan.
Kisahnya
penuh dengan jalanan berbatu tetapi berakhir dengan batu karang yang teguh. Kita
akan melihat tentang kegagalan seorang
murid. Alasan kejatuhan, hasil kejatuhan dan pemulihan
dari kejatuhan.
Murid yang Jatuh: Alasannya. Pada saat
jatuh, Petrus tidaklah sempurna meskipun ia telah melakukan banyak untuk
Kristus. Ia telah meninggalkan keluarganya, rumahnya, pekerjaannya dan mengikuti Kristus.
Ia telah dilatih oleh Kristus untuk tugas-tugasnya. Ia telah melihat banyak mukjizat. Ia hadir dalam
peristiwa transfigurasi. Bahkan, ia keluar dari perahu dan berjalan di atas air. Petrus sebenarnya
bukan seorang pengecut, ia bukan Farisi yang munafik. Ia seorang yang sangat
berdedikasi terhadap Tuhan Yesus. Tetapi, ketika segala sesuatu berubah menjadi sulit. Ia
gagal. Ia menyangkal Tuhan Yesus tiga
kali.
Ada banyak murid Tuhan zaman kini telah mengikuti Firman Tuhan,
menyangkal diri sendiri, memikul salib dan mengikuti Yesus. Tetapi seiring
dengan perjalanan mengikuti Yesus, ketika
perjalanan begitu sulit dan mereka gagal. Itulah yang
disebut, “Fallen Disciples” atau
lebih tepatnya disebut “Backslider” yang berarti kembali, atau berbalik arah.
Thomas Ranier memberikan paling sedikit 6 alasan mengapa seorang murid bisa berbalik arah.
Dan ini menjadi peringatan untuk kita, sebagai Murid Kristus.
Pertama, Terlalu Percaya Diri. Tuhan Yesus
mengingatkan Petrus akan musuh yang berusaha mengalihkan dia, tetapi Petrus
berusaha meyakinkan komitmennya untuk rela dipenjara bahkan mati. Kita percaya
bahwa apa yang dimaksudkan Petrus itulah yang dikatakannya. Ingatlah waktu ia
memotong telinga tentara di Taman Getsemani untuk membela Kristus. Namun, dalam hitungan jam, ia
telah menyangkal Yesus. Petrus terlalu percaya diri dan tidak menyadari pada
waktu ia mengatakan, “Sekalipun yang lain meninggalkan Engkau, aku tidak!” Ini sebuah peringatan yang sangat serius.
Kedua, Kelelahan Fisik dan Emosi. Para
murid menyaksikan dan berdoa di Taman Getsemani, tetapi mereka malah tertidur. Kelelahan yang berlebihan
menjadi sasaran empuk dari si Jahat. Membawa beban terlalu banyak dan sedikit
istirahat dapat membawa akibat yang serius.
Ketiga, Gagal Berdoa. Tuhan Yesus memerintahkan para murid untuk berdoa di taman itu. Bahkan, jika menginginkannya,
mereka dapat tidur lebih dahulu atau berdoa dulu kemudian tidur. Kekurangan
berdoa merefleksikan kebergantungan pada diri ketimbang bergantung kepada
Allah. Ketika kita kurang berdoa, itulah saat yang paling rentan, kita bisa
jatuh.
Pada
saat kapankah kita lebih bergantung kepada diri sendiri ketimbang Allah?
Berdoalah agar kita bergantung pada Allah.
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment