Nats:
Yohanes
17:20-26
Ayat Mas:
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya
mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:23).
PENDALAMAN
Jalan pemikiran Yesus begitu jelas: doa-Nya di bumi untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:20-23), doa surgawi-Nya untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:24) dan perkataan kekal-Nya untuk Gereja-Nya (17:25-26). Kristus berdoa untuk kesatuan Gereja. Kesatuan umat Tuhan bersifat supranatural karena hal itu datang dari
sifat Allah dan hanya bisa dialami
ketika kita betul-betul dekat dengan Dia. Namun, kesatuan bukan berarti keseragaman dalam segala
sesuatu. Sama halnya dengan Allah Tritunggal: ada tiga Pribadi yang berbeda,
namun mereka adalah Satu. Jika para pengikut Kristus meninggikan Kristus dan
hanya fokus kepada Dia, maka kesatuan akan dapat terjadi, akan tetap ada kesatuan di tengah
perbedaan gaya, kepribadian, dan pendapat.
Kesatuan yang Juruselamat doakan
hanya dapat terjadi jika Roh Kudus berdiam di dalam kita dan menumbuhkan kita
untuk selalu dekat dengan Dia, dengan berakar dan dikuatkan di dalam Firman-Nya. Mengejar kesatuan
sangatlah krusial! Jika kita memelihara kesatuan, dunia akan melihat dan
percaya bahwa Yesus datang dari Allah. Kesatuan adalah kesaksian Injil! Kita
hidup dalam dunia yang terpecah dan terbagi. Kesatuan Kristen sangatlah penting
karena akan mendemonstrasikan kasih Kristus kepada dunia yang penuh kekecewaan, kepahitan dan
kebencian. Ini adalah pekerjaan supranatural
– karena hanya terjadi jika Kristus tinggal di dalam kita!
Thomas Merton mengingatkan,
“Perpecahan dalam Gereja akan menumbuhkan ateisme di dalam dunia.” Kaum millenial dan digital menjadi apatis
dan antipati terhadap Gereja karena mereka
melihat perpecahan dalam Gereja begitu massive dan agresif. Mereka tak bisa menghubungkan
kasih Allah yang mereka dengar dari khotbah dengan kesaksian orang-orang Kristen (pelayan
Tuhan) yang dengan angkuhnya menunjukkan keegoan dan perpecahan. Dan ini sangat
menyedihkan!
Kesatuan di antara
saudara-saudara seiman hanya dimungkinkan jika datang dari sikap rendah hati. Kesatuan tidak datang secara
otomatis, harus diusahakan. Ketika seorang pria dan seorang wanita menjadi satu
dalam pernikahan, mereka harus memiliki komitmen untuk kesatuan, komitmen yang
terus-menerus untuk berkomunikasi, membagikan perasaan, menghabiskan waktu
bersama, memperdalam relasi dalam tubuh, jiwa dan roh. Kesatuan seperti inilah
yang diperlukan di dalam konteks Tubuh Kristus, komitmen untuk bersatu dalam pertolongan Allah. Dan ini
menjadi kesaksian yang berdampak bagi dunia – benar, bahwa kita adalah
anak-anak Allah. Perpecahan menjadi batu sandungan, tetapi kesatuan menjadi
kesaksian, menjadi Batu Penjuru!
Kesaksian apakah yang dapat kita tawarkan kepada dunia
dalam konteks kesatuan?
Doakanlah agar generasi milenial/digital bisa dimenangkan
lewat kesatuan dan kesaksian anak-anak Tuhan.
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment