Friday, September 24, 2021

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK


Nats: 
Lukas 10:38-42

“Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Luk. 10:42)

Di tengah begitu banyak kesibukan kita, berapa banyak waktu yang kita sempatkan untuk berdiam diri mendengarkan suara Tuhan?

Greg Ogden mengatakan bahwa, “Di dalam masyarakat kita, praktik diam dan sendirian telah ditenggelamkan oleh aktivitas yang tinggi dalam sebagian besar kehidupan kita.” Perkataan ini sangat relevan dengan kehidupan yang penuh dengan hiruk-pikuk, di mana manusia tidak pernah berhenti dan berdiam diri untuk sekadar merenung, misalnya. Kita hidup di dalam filosofi dunia bahwa makna hidup seseorang ditentukan seberapa produktif ia menghasilkan sesuatu. Berdiam diri dianggap sebagai sesuatu yang tidak produktif, sehingga manusia dipaksa terus bekerja, bekerja, dan bekerja; sibuk, sibuk, dan sibuk. Jika kita berhenti pun, mungkin yang kita lakukan bukan berdiam diri dihadapan Tuhan untuk mendengarkan Dia berbicara kepada kita, tetapi menghabiskan waktu bersama dengan smartphone kita sebagai cara untuk melepaskan penat dari kesibukan dan kelelahan kita.

Kontras antara Maria dan Marta dalam perikop yang kita baca hari ini, bukanlah kontras antara percaya dan tidak percaya kepada Yesus. Bukan juga kontras antara seorang yang melayani Yesus dan yang lain tidak. Kontras antara Maria dan Marta lebih kepada kontras antara seorang yang diam duduk mendengarkan Yesus dengan seorang yang sibuk melakukan hal-hal lain. Kontras antara seorang yang sedang sibuk melayani dengan seorang yang sedang berdiam diri untuk mendengarkan Sabda Yesus. Tuhan Yesus lebih berkenan kepada Maria bukan karena Marta tidak percaya kepada-Nya atau karena kurang baik dalam melayani-Nya, tetapi karena Maria memiliki hati yang mau mendengarkan firman yang keluar secara langsung dari mulut Yesus, Sang Mesias itu sendiri. Hal ini jauh lebih berharga dari segala hal di dalam dunia ini. Hati yang sulit mendengarkan adalah bukan hati yang tidak percaya akan firman Tuhan, tetapi hati yang terburu-buru, hati yang dangkal, dan hati yang terbagi-bagi. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Richard Foster bahwa, “Dalam masyarakat ini, musuh utama kita ada 3: kebisingan, keadaan terburu-buru, dan kerumunan orang.”


Pertanyaannya adalah bagaiama caranya supaya kita dapat memiliki hati yang mendengarkan terhadap firman Tuhan seperti Maria? Untuk memiliki hati yang mendengarkan terhadap Sabda Tuhan tidak lain adalah kita harus mengembangkan disiplin untuk berdiam diri dan kesendirian agar bisa mendengarkan dengan mendalam. Henri Nouwen berkata, “Tanpa kesendirian pasti mustahil menjalani kehidupan rohani.” Seringkali ketika kita saat teduh, meskipun waktu dan suasananya teduh karena mungkin kita lakukan di pagi atau malam hari di tempat yang sunyi, namun terkadang hati kitalah yang tidak teduh. Sebelum tubuh kita beraktivitas, acapkali hati kita sudah sibuk untuk membuat rencana yang akan kita lakukan, mengkhawatirkan berbagai hal dan memikirkan yang belum terjadi. Alangkah ironisnya ketika fisik kita ada dihadapan Allah, tetapi hati dan jiwa kita sedang sibuk berkelana di tempat lain.


Pikirkanlah hal-hal apa saja yang seringkali membuat kita tidak dapat berdiam diri dan berkonsentrasi untuk mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita. Milikilah gairah terhadap firman Allah yang hidup supaya kita semakin berkenan kepada-Nya dan menghasilkan pertumbuhan dalam pengenalan akan Allah.

Friday, January 17, 2020

DOSA DAN PENGAMPUNAN

Nats: 1 Yoh. 1:9-2:1

Dalam surat ini Yohanes menghadapi ajaran-ajaran sesat. Salah satunya adalah ajaran yang mengatakan bahwa manusia tidak berdosa [tidak memiliki natur dosa] (ay. 8) dan tidak melakukan tindakan atau perilaku dosa (ay. 10)

Penyangkalan terhadap keberdosaan manusia akan mengakibatkan 2 hal:
- menipu diri sendiri
- menjadikan Dia (Allah) pendusta.

Oleh karena itu, dosa tidak perlu ditutupi dan disangkali tetapi harus diakui di hadapan Tuhan. Yohanes mengungkapkan bahwa kita mendapatkan jaminan pengampunan setiap kali kita mengaku dosa karena Tuhan setia dan adil. Sebagai Allah yang setia dan adil, Dia menjamin pengampunan atas dosa kita di masa lampau, sekarang, dan yang akan datang.

Pengakuan dan pengampunan dosa dalam konteks ini bukan untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan (karena kita sudah diselamatkan melalui kematian-Nya).

Lalu mengapa perlu mengaku dosa?
1. Kita mengaku bahwa dosa kita adalah sungguh-sungguh dosa dan berkehendak untuk berbalik darinya
2. Memastikan bahwa kita tidak menyembunyikan dosa kita kepadaTuhan dan diri kita sendiri
3. Mengakui/menyadari kecenderungan kita melakukan dosa dan bersandar pada kuasa-Nya untuk mengatasinya.

Pengakuan dosa memungkinkan kita untuk bebas menikmati persekutuan dengan Kristus. "We should confess so that we can enjoy maximum fellowship and enjoy with him." (NIV Application).

Aplikasinya bagi kita:
1. Kita harus sadar bahwa diri kita adalah manusia berdosa, manusia lemah. Karena itu, kita tidak perlu takut mengaku dosa di hadapan Tuhan krn Tuhan tidak akan membuang kita tetapi justru memberi jaminan pengampunan kepada kita.
2. Pengakuan dosa yang sejati juga melibatkan komitmen untuk tidak terus-menerus di dalam dosa (2:1).

Pengakuan dosa mengandung komitmen untuk berubah dan meninggalkan dosa. Karena itu, kita perlu memohon kekuatan dari Tuhan untuk mengatasi dosa.

Friday, June 14, 2019

PERCAYALAH


Nats:
Yohanes 20:30-31

Ayat Mas:
Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya…” (Yohanes 17:23).

PENDALAMAN
                Kesulitan untuk percaya mungkin banyak terjadi, tetapi ada yang lebih berbahaya, ketidaksadaran akan ketidakpercayaan. Tomas, yang pada awalnya tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tetapi setelah mengalami  perjumpaan (encounter) pribadi dengan Yesus,  maka  Tomas menjadi percaya. Jika ada perubahan dalam diri Tomas, maka sangat mungkin bisa terjadi pada kita.  
                Tomas mungkin sangat lambat untuk percaya, tetapi ia tidak lambat menangkap implikasi dari kebangkitan Yesus. Yesus diakui bukan hanya sebagai Tuhannya saja, tapi Allahnya juga. Iman Tomas sekarang bertambah teguh, ia tak lagi menjadi peragu atau skeptik. 
                Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk kelompok peragu, skeptik, yang selalu menuntut segala sesuatu harus dengan bukti termasuk kepada Tuhan? Kristus menantang kita, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29). Tuhan Yesus Kristus sendiri memberikan ucapan bahagia kepada mereka yang tak melihat tapi percaya. Terlebih bagi kita yang sudah mengalami banyak hal yang Tuhan nyatakan. Jika Tuhan Yesus mampu membangkitkan Lazarus yang sudah mati 4 hari, bahkan Ia sendiri sudah bangkit dari kematian. Bukti apa lagi yang kita butuhkan? Ada proses untuk menjadi percaya, tetapi jangan tanpa sadar kita mengeraskan hati untuk percaya, karena kita sudah terbiasa mengukur sesuatu dengan logika atau tidak melihat apa yang Tuhan sudah nyatakan.
                Kuasa Kebangkitan Kristus telah mengubah para murid-Nya, bahkan kesaksian itu diteguhkan oleh 500 saksi pada saat itu. Kesaksian para murid akan kuasa kebangkitan Kristus semakin jelas. Petrus si penyangkal, menjadi pengkhotbah KKR; Tomas si peragu rela menjadi martir. Sebelumnya para murid berlari karena ketakutan, namun setelah kebangkitan Kristus, mereka berlari untuk memberitakan Injil dengan keberanian.

Jika kebangkitan meyakinkan  kita akan Mesias, Juruselamat kita yang Bangkit dan Hidup, apakah kita pun berani menyaksikan Mesias kepada mereka yang ragu bahkan tidak percaya akan Yesus?

Berdoalah supaya kita percaya, bukan setelah kita menerima sesuatu, tetapi belajar percaya sebelum kita mendapat sesuatu.
               
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

Thursday, June 13, 2019

DOA YESUS UNTUK KESATUAN

Nats:
Yohanes 17:20-26

Ayat Mas:
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:23).

PENDALAMAN
                Jalan pemikiran Yesus begitu jelas: doa-Nya di bumi untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:20-23), doa surgawi-Nya untuk Gereja-Nya (Yohanes 17:24) dan perkataan kekal-Nya untuk Gereja-Nya (17:25-26). Kristus berdoa untuk kesatuan Gereja. Kesatuan umat Tuhan bersifat supranatural karena hal itu datang dari sifat  Allah dan hanya bisa dialami ketika kita betul-betul dekat dengan Dia. Namun, kesatuan bukan berarti keseragaman dalam segala sesuatu. Sama halnya dengan Allah Tritunggal: ada tiga Pribadi yang berbeda, namun mereka adalah Satu. Jika para pengikut Kristus meninggikan Kristus dan hanya fokus kepada Dia, maka kesatuan akan dapat terjadi, akan tetap ada kesatuan di tengah perbedaan gaya, kepribadian, dan pendapat.
                Kesatuan yang Juruselamat doakan hanya dapat terjadi jika Roh Kudus berdiam di dalam kita dan menumbuhkan kita untuk selalu dekat dengan Dia, dengan berakar dan dikuatkan di dalam Firman-Nya. Mengejar kesatuan sangatlah krusial! Jika kita memelihara kesatuan, dunia akan melihat dan percaya bahwa Yesus datang dari Allah. Kesatuan adalah kesaksian Injil! Kita hidup dalam dunia yang terpecah dan terbagi. Kesatuan Kristen sangatlah penting karena akan mendemonstrasikan kasih Kristus kepada dunia yang penuh kekecewaan, kepahitan dan kebencian. Ini adalah pekerjaan supranatural – karena hanya terjadi jika Kristus tinggal di dalam kita!     
                Thomas Merton mengingatkan, “Perpecahan dalam Gereja akan menumbuhkan ateisme di dalam dunia.” Kaum millenial dan digital menjadi apatis dan antipati terhadap Gereja karena mereka melihat perpecahan dalam Gereja begitu massive dan agresif. Mereka tak bisa menghubungkan kasih Allah yang mereka dengar dari khotbah dengan kesaksian orang-orang Kristen (pelayan Tuhan) yang dengan angkuhnya menunjukkan keegoan dan perpecahan. Dan ini sangat menyedihkan!
                Kesatuan di antara saudara-saudara seiman hanya dimungkinkan jika datang dari sikap rendah hati. Kesatuan tidak datang secara otomatis, harus diusahakan. Ketika seorang pria dan seorang wanita menjadi satu dalam pernikahan, mereka harus memiliki komitmen untuk kesatuan, komitmen yang terus-menerus untuk berkomunikasi, membagikan perasaan, menghabiskan waktu bersama, memperdalam relasi dalam tubuh, jiwa dan roh. Kesatuan seperti inilah yang diperlukan di dalam konteks Tubuh Kristus, komitmen untuk bersatu dalam pertolongan Allah. Dan ini menjadi kesaksian yang berdampak bagi dunia – benar, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Perpecahan menjadi batu sandungan, tetapi kesatuan menjadi kesaksian, menjadi Batu Penjuru!

Kesaksian apakah yang dapat kita tawarkan kepada dunia dalam konteks kesatuan?

Doakanlah agar generasi milenial/digital bisa dimenangkan lewat kesatuan dan kesaksian anak-anak Tuhan.

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

Friday, May 24, 2019

DOA YESUS UNTUK PARA MURIDNYA


Nats:
Yohanes 17:11-19

Ayat Mas:
“Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yohanes 17:11).

PENDALAMAN
                Ketika Tuhan Yesus berdoa dalam bagian ini, secara sederhana Doa Tuhan Yesus adalah bagaimana para murid seharusnya berelasi seorang dengan yang lain dan dengan dunia (orang-orang) yang tak percaya.  Tuhan Yesus berdoa supaya murid-murid-Nya menjadi “satu.” Ia tahu para murid akan mengalami banyak pencobaan dan ujian. Mereka akan jatuh dalam kegagalan dan keegoan. Tuhan tahu bahwa kita mudah sekali pecah, karena masalah doktrin, warna kulit, bahkan karena masalah warna ruangan dan karpet. Kita rentan sekali dengan perpecahan. Seorang Puritan bernama Thomas Brookes pernah berujar, “Jika serigala curiga pada seekor domba adalah tak heran, tetapi jika domba curiga pada sesama domba, itu tidak biasa dan mengerikan!”
                Tuhan Yesus membangun kesatuan para murid dengan rasa aman dengan menunjukkan hidup-Nya dan pengajaran akan kepribadian dan karakter Allah Bapa. Semakin para murid mengerti karakter dan sifat Allah Bapa, semakin mereka seharusnya menjaga dan memelihara kesatuan.  Semakin kita mengenal Kristus, semakin kita ditarik kepada-Nya, dan semakin kita ditarik seorang kepada yang lain. Ketika Tuhan Yesus berdoa tentang keseluruhan karakter Allah Bapa di hadapan para Murid, tekanannya pada  KeBapaan Allah, “Holy Father, keep them in Your name.” Perenungan ini sangat penting, jika kita punya Allah Bapa yang satu dan sama, apakah kita bisa mengasihi saudara-saudara (murid-murid Kristus) yang lain. Atau, kita malah memupuk karakter kecurigaan yang terus-menerus sehingga inilah yang memecah kesatuan. Ketika Yesus berdoa untuk kesatuan murid Tuhan. Ia secara konstan menghendaki supaya para murid bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah, khususnya tentang keBapaan-Nya. Jika kita memelihara kesatuan, hasilnya apa? Sukacita!
                Para murid dipanggil untuk SATU MISI. “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia” (Yohanes 17:18).  Metode misi-Nya adalah pengudusan yang meliputi dua gagasan: pertama, “kita dijadikan kudus” dan kedua, “kita dipisahkan untuk pelayanan.” Kita dikuduskan dan  dipisahkan untuk pelayanan dengan menerapkan Firman Allah. Kita dipanggil bukan untuk terisolasi (terpisah dari dunia), atau berasimilasi (bercampur dengan dunia), tetapi bermisi (bersaksi bagi dunia). Misi ini berbahaya! Berisiko! Namun dengan pertolongan Juruselamat, kita mampu melakukan hal ini.

Apakah kita sudah memelihara kesatuan di dalam Tubuh Kristus? Apa halangan-halangan dalam kesatuan? Ke mana energi kita dihabiskan? Misi atau ambisi?

Berdoalah untuk kesatuan anggota Tubuh Kristus, dimulai dari pelayan Tuhan. Doakan supaya energi kita dihabiskan untuk bermisi bukan untuk mengurus perpecahan.

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

Thursday, May 23, 2019

DOA YESUS UNTUK KEMULIAAN


Nats:
Yohanes 17:1-5

Ayat Mas:
Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” (Yohanes 17:1).

PENDALAMAN
                Yohanes 17 adalah pasal yang terindah di dalam Injil Yohanes. Philip Melanchthon bersama Martin Luther, Bapak Reformasi, pernah mengungkapkan: “Tak ada suara yang pernah didengar, baik di surga atau di bumi, lebih mulia, lebih kudus, lebih berbuah, lebih indah dari doa yang dipanjatkan oleh Anak Allah itu sendiri”  (Arthur Pink, Exposition of the Gospel of John).
                Doa Tuhan Yesus dapat dibagi dalam tiga bagian:
1.       Doa Yesus untuk diri-Nya sendiri (Yohanes 17:1-5);
2.       Doa Yesus untuk para muridNya (Yohanes 17:6-19);
3.       Doa Yesus untuk Gereja-Nya di dunia. Kemuliaan Allah dilihat melalui penyataan akan siapakah Dia dan apakah yang dilakukan-Nya bagi para murid dan Gereja-Nya (Yohanes 17:20-26).
                Kent Hughes membagi Doa Yesus dalam tiga bagian besar:

Kemuliaan di atas  Salib (Yohanes 17:1,4)
                Tuhan Yesus telah memuliakan Allah Bapa dengan kesempurnaan kehidupanNya, sebagaimana yang digambarkan dalam Yohanes 17:4: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” Kehidupan Kristus menjadi monumen yang permanen untuk kemuliaan Allah. Ia telah melakukan banyak mukjizat tetapi terlebih dalam kehidupan-Nya sehari-hari. Namun yang terutama yang ada di pikiran Kristus adalah kemuliaan yang nyata di atas kayu salib karena salib merupakan penyataan tertinggi dari sifat dan tujuan-Nya. Apa yang kita pelajari dari Salib? Kita melihat kekudusan Allah. Kita melihat kasih akan kekudusan dan kebencian-Nya akan dosa dan penolakan kompromi dengannya. Kita melihat bahkan keadilan-Nya atas hukuman dosa, dan murka Allah ditimpakan kepada Sang Anak yang menanggung dosa-dosa kita. Akhirnya, kita melihat kasih Allah untuk kita karena Ia tela membayar hutang dosa kita lewat penebusan-Nya.

Kemuliaan di Surga (Yohanes 17:5)
                Ketika Kristus berdoa, fokusnya bukan hanya kemuliaan di atas salib tetapi juga kemuliaan yang akan datang di Surga. Doa Yesus  di sini adalah kemuliaan yang telah diperoleh sebagai konsekuensi kehidupan dan penderitaan-Nya di bumi. Ia telah membawa kemuliaan dalam Tubuh manusiawi-Nya dan kematian-Nya. Hari ini, Tuhan kita memiliki kemuliaan lebih besar karena Ia memerintah di dalam kemuliaan Tubuh surgawi-Nya di sebelah kanan Allah Bapa. Kemuliaan luka di Tubuh-Nya telah disempurnakan di Surga. Kemuliaan yang tak terbatas itu tak bisa bertambah, tetapi kemuliaan itu lebih besar karena manusia dan malaikat menjadi saksi-Nya. Setiap orang percaya akan mengalami kemuliaan yang luar biasa itu.

Kemuliaan di dalam Gereja-Nya (Yohanes 17:2, 3, 10)
                Antara kemuliaan Kristus di dalam sejarah dan di surga, ada kemuliaan di bumi – di dalam Gereja-Nya. Melalui Gereja, umat-Nya, kemuliaan-Nya lebih mudah dipahami. Kristus dimuliakan di dalam kehidupan para murid-Nya. Karena Kristus harus dimanifestasikan di dalam  Gereja-Nya, Ia mengingat para murid-Nya di dalam hati dan doa-Nya untuk kemuliaan-Nya.  Inti doa itu merujuk pada Gereja. Secara khusus Ia menarik perhatian kita, para murid, kepada kehidupan yang kekal:
“Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.  Inilah hidup yang kekal  itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:2,3).
Oleh karena itu, mengapa Yesus berdoa untuk kita, karena kita adalah pengharapan yang terbaik untuk dunia melihat kemuliaan Allah. Tuhan Yesus menjadikan kemuliaan Allah mudah dipahami melalui kita. Kita harus menjadi murid-murid dari Firman itu sendiri, sumber yang paling akurat tentang Kristus. Kita harus merenungkan Salib karena itulah demonstrasi yang paling jelas tentang kasih Bapa. Kita harus selalu bersama-sama dengan mereka yang mengenal Dia, karena di sanalah kita akan bertumbuh dalam pengetahuan akan Dia.

Apakah Yesus telah dimuliakan melalui kita sebagai Gereja-Nya?

Berdoalah untuk para murid Tuhan sehingga kita semua menjadi manifestasi kemuliaan Allah yang paling mudah dilihat, dirasakan dan disaksikan.

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...