Wednesday, December 13, 2006

Ibadah Sorgawi

Wahyu 4

“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” (Why. 4:11)

Seperti apakah atau bagaimanakan ibadah yang berkenan di hadapan Allah? Atau sudahkan kita benar-benar melakukan ibadah yang berkenan kepada Allah? Oh, sudah! Setiap hari Minggu saya tidak absen beribadah di gereja. Saya juga bernyanyi dengan semangat di dalam ibadah yang dilakukan di gereja. Saya sudah melakukan ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Namun, benarkah demikian? Sungguhkan ibadah yang berkenan kepada Tuhan itu adalah tidak absen ke gereja dan semangat menyanyi di dalam ibadah setiap hari Minggu?

Perikop yang kita baca hari ini berbicara tentang model ibadah yang sempurna (ibadah sorgawi). Penglihatan ini adalah untuk memberi kekuatan kepada penerima surat ini yang mulai bertanya, di mana Tuhan atau apakah Tuhan masih berkuasa di tengah-tengah situasi krisis yang mereka alami. Untuk itu dalam perikop ini berulangkali disebutkan tentang takhta dan Seorang yang duduk di atasnya. Ini hendak menunjukkan bahwa Allah masih berkuasa, bertakhta dan bekerja. Dia juga masih tetap Allah yang disembah. Dari penyembahan yang terjadi dalam penglihatan ini, ada beberapa prinsip ibadah sorgawi (ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan). Pertama, ibadah yang dilakukan setiap saat. Keempat makhluk dalam ay. 8 dengan tidak henti-hentinya, siang dan malam beribadah kepada Tuhan. Ibadah yang berkenan adalah ibadah yang dilakukan bukan hanya di gereja, tetapi ibadah yang berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Pagi, siang, malam, setiap detik adalah ibadah dihadapan Tuhan. Kedua, ibadah yang berfokus pada Tuhan. Ibadah yang berkenan tidak berfokus untuk mencari kesenangan kita, memuaskan diri, tetapi memuaskan dan memuliakan Allah. Bahkan setiap kali kedua puluh empat tua-tua itu menyembah Dia, mereka menanggalkan mahkota mereka (ay. 9-11), tanda bahwa mereka tidak layak dan yang menjadi fokus penyembahan mereka adalah bukan kebanggaan mahkota mereka tetapi kemuliaan Allah saja.

Sudahkah hidup kita menjadi bagian ibadah kita dengan Allah. Waktu kita sedang bekerja, sekolah, bermain, atau apa pun yang kita lakukan, adakah Tuhan di dalamnya. Atau Tuhan hanya ada ketika kita di gereja, tetapi di luar gereja kita berkata, ah, ini hidupku, Tuhan tidak perlu campur tangan. Jika kita mengaku bahwa Tuhan yang berkuasa dan bertakhta atas hidup kita, seharusnya hidup kita, di mana pun dan kapan pun mencerminkan ibadah kita di hadapan Tuhan. Sudahkah ibadah kita berkenan di hadapan Tuhan.

Ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan adalah ibadah yang dihidupi.

2 comments:

ChiKa ^^ said...

K' Aksi..terusin bikin renungan yaa..ak bner2 merasa diberkati loh..

dari renungan ini,ak diingatkan bahwa ibadah itu SETIAP HARI alias ANYTIME n EVERYWHERE. ini bicara tentang kualitas hidup.

mulai hari ini ak akan inget2 bahwa setiap detik yang ak laluin adalah ibadah dihadapan Tuhan.
I wanna walk with YOU, Lord!

GOD BLESS YOU, BRO!! ^^

Aksi Bali said...

Chk, komentar2mu sungguh menginspirasi dan menyemangatiku untuk terus menulis...
selamat menikmati tulisan2 berikutnya. jangan bosen2 ya chk..hehe..

GOD BLESS YOU 2!! ^^

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...