Wednesday, April 11, 2007

MISI SEBAGAI PENGGENAPAN TUJUAN PENCIPTAAN

Ketika berbicara tentang misi, pada umumnya kita akan beranjak dari perintah-perintah Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru kepada murid-murid dan gereja-Nya. Kita beranggapan bahwa misi itu dimulai ketika Tuhan Yesus berkata, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku; kamu akan menjadi saksi-Ku ... sampai ke ujung bumi, dan masih banyak lagi perintah-perintah sejenisnya. Ini sama sekali tidak salah. Perintah-perintah itu memang memberikan peneguhan bagi setiap kita untuk menjalankan misi Tuhan di bumi ini. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya misi yang diberikan Tuhan kepada kita sudah dimulai ketika Allah menciptakan manusia?

Saya ingin mengajak kita bernostalgia sejenak. Kita kembali ke Taman Eden, ketika manusia pertama diciptakan. Pertanyaan klasik yang akan muncul ketika kita mengingat penciptaan adalah apakah tujuan Allah menciptakan manusia? Allah menciptakan manusia dengan tujuan bukan hanya untuk memuliakan Allah, tetapi juga untuk menikmati Allah dan berpartisipasi dalam karya-Nya. Maka manusia diciptakan sebagai makhluk eskatologis (Rom. 8:29-30), yaitu makhluk yang mempunyai tujuan dan mencapai tujuan tersebut. Adam diciptakan bukan sebagai finished project, karena Adam sekalipun belum berdosa tetap memasuki proses untuk menunjukkan kepatuhan kepada Allah. Hal ini terlihat jelas ketika manusia selesai diciptakan, perintah pertama yang diberikan Allah kepada manusia bukan perintah untuk memuliakan dia, tetapi, ”... Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28).

Dengan demikian, tujuan Allah menciptakan kita bukan sekedar memuliakan Dia, seolah-olah Allah kekurangan kemuliaan sehingga perlu menciptakan manusia untuk memuliakan-Nya. Allah justru menciptakan kita dengan tujuan mulia, yaitu supaya kita ambil bagian (berpartisipasi) di dalam karya ciptaan-Nya. Ketika Allah menciptakan alam semesta ini, Dia punya misi dan manusialah yang dipakai Allah untuk menjadi wakil-Nya (agen-Nya) menjalankan misi itu di bumi. Maka misi Tuhan yang kita jalankan pada dasarnya merupakan mandat Allah yang sudah Ia tetapkan sejak manusia diciptakan.

Bahkan kalau kita maju selangkah lagi, yaitu ketika manusia jatuh ke dalam dosa, sebenarnya Allah bisa bertindak sendiri untuk menyelamatkan manusia dari dosa yang membawa maut itu. Namun kalau kita perhatikan, Allah dalam rencana menyelamatkan manusia, Dia selalau memakai manusia untuk terlibat di dalamnya. Pada zaman Perjanjian Lama Allah memakai bangsa Israel dan nabi-nabi-Nya dan pada zaman Perjanjian Baru Tuhan memakai para Rasul, sedangkan pada zaman ini Tuhan memakai kita semua. Ini adalah satu penghargaan yang sangat mulia yang diberikan Allah kepada manusia. Manusia yang diciptakan dari debu tanah, dari sesuatu yang hina, diangkat Allah menjadi rekan kerja-Nya. Sayangnya, hubungan ini menjadi rusak akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa.

Kemudian ketika Tuhan Yesus datang ke dunia dan memberikan Amanat Agung, apakah dengan demikian misi penciptaan itu tidak berlaku lagi? Jawabannya adalah tidak. Justru Amanat Agung Tuhan Yesus itu adalah kelanjutan dari misi penciptaan. Bahkan Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia dan menyelamatkan manusia, tujuan penyelamatan itu adalah membawa manusia kembali kepada tujuan penciptaan atau kepada kondisi di Taman Eden sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain tujuan keselamatan yang Tuhan Yesus anugerahkan kepada kita adalah mengembalikan kita ke Taman Eden – bukan hanya sekedar bernostalgia – kepada hakekat dan tujuan penciptaan. Dengan demikian perintah-perintah Tuhan Yesus untuk melanjutkan dan menjalankan misi-Nya di bumi ini – termasuk Amanat Agung Tuhan Yesus – adalah bagian dari pemulihan ingatan kita terhadap tujuan penciptaan yang sudah terlupakan ketika kita jatuh ke dalam dosa. Untuk itu alasan utama kita untuk menjalakan misi Tuhan di bumi ini adalah untuk menggenapkan tujuan penciptaan. Konsekuensinya adalah ketika kita tidak menjalankan misi Tuhan, kita sedang keluar dari tujuan Allah menciptakan kita dan dengan demikian keluar dari rencana Allah bahkan keluar dari Allah. Maka marilah kita kembali kepada tujuan kita diciptakan atau kembali kepada Allah dengan menjalankan misi Tuhan di bumi ini.

2 comments:

Hanny Setiawan said...
This comment has been removed by the author.
Hanny Setiawan said...

Wow, its a awakening article. Selama ini ga nyadar ya kalo ternyata ya... hakekat kita ya di Surga (seharusnya waktu diciptakan). Tapi manusia jatuh dalam dosa, wow, ternyata tujuan Allah mulia banget ya, padahal kan manusia harusnya bisa aja dibuang gitu aja, contohnya diganti makhluk lain gitu. tapi siapa kita hingga dia rela mati seperti itu, untuk kita. Wow, TUHAN mengasihi kita yang sebenernya Allah tidak harus mengasihi kita. JESUS, HOLY SPIRIT, and FATHER, thank you!

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...