Sunday, March 24, 2019

Grace Based Parenting: I man yang Bertahan di Tengah Tekanan



Nats:
Mazmur 78: 1-16

AYAT MAS:
“kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.” (Mazmur 78:4)


 Adakah terpaan, tekanan dan tempaan yang Tuhan ijinkan terjadi di dalam kehidupan keluarga saat ini? Bagaimana Saudara bisa bertahan?

REFLEKSI:
                Kita diselamatkan di dalam anugerah dan kita diteguhkan di dalam iman dalam perjalanan rohani kita. Kehidupan Kristen tidaklah steril dan imun dari berbagai tekanan, godaan serta ujian. Di sanalah kita membutuhkan iman untuk tetap bertahan, dan hal itu sangatlah ditentukan oleh hubungan kita dengan Tuhan. Hubungan yang erat dengan Tuhan memperkuat iman kita.
                Teri Roberts, dalam bukunya “Forgiven,” ibu dari seorang penembak Anak-Anak Sekolah Komunitas Amish pada tanggal 2 October 2006, di Nickel Mines, Pennsylvania, mengisahkan bagaimana mereka sebagai suami istri bisa bertahan di tengah krisis. Mereka bisa bertahan karena mereka memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, bahkan ketika krisis menerpa, hubungan mereka dengan Tuhan makin mendalam. Itulah juga mengeratkan dan mengikat mereka dalam pernikahan sehingga mereka tetap bertahan.
                Seringkali iman kita stabil dan tak perlu dipertanyakan sampai pada suatu saat sesuatu terjadi di dalam pernikahan dan keluarga, di sanalah iman kita ditantang. Tantangan kita tak seberat yang dihadapi keluarga Robert, tetapi mungkin kita sedang menhadapi sakit pernyakit, krisis keuangan, krisis relasi, anak-anak yang memberontak dan sebagainya. Apa yang kita butuhkan? Kita perlu menyadari akan perhatian Allah yang bekerja melalui Roh Kudus di dalam kita. Apa yang perlu kita berjaga-jaga? Tetap melihat kebaikan Allah di tengah kesukaran.
                Mendidik dan membesarkan anak di dalam anugerah dan iman menjadi sebuah model untuk orang tua. Bagaimana kita memperkuat relasi di dalam kasih, mempertahankan nilai-nilai kebenaran serta mendahulukan Tuhan lebih dari segalanya, belajar saling menghargai perjalanan rohani tiap anggota keluarga.
                Oswald Chambers dalam tulisannya My Utmost for His Highest, mengatakan: “Never trust anything but the grace of God in yourself or in anyone else.” Mungkin pasangan kita tidak berubah, anak-anak kita belum berubah, situasi tetap sama, dan kita tak tahu ke depan seperti apa, namun keyakinan iman kita tetap pada TUHAN;  yang bekerja di dalam segala sesuatu dengan anugerahNya yang dilimpahkan kepada kita dari sehari ke sehari.
                Pembentukan Iman di dalam keluarga dimulai dari hal-hal yang mendasar:
Carilah dan dahulukan Tuhan di dalam hidup kita. Carilah di dalam doa, mintalah Ia bekerja di dalam hidup kita terlebih dahulu, bahkan  ketika terjadi konflik dengan pasangan dan anak-anak.
Bagikan dan hargailah pengalaman rohani anggota keluarga kita. Tuliskan di dalam jurnal akan kebaikan Tuhan, dan bersyukur untuk apa yang Tuhan sudah kerjakan di masa lalu, masa kini dan masa akan datang dalam keluarga kita (Mazmur 78: 3-4). Berterima kasih atas apa yang telah terjadi itulah ucapan syukur, tetapi belajar berterima kasih kepada Tuhan untuk sesuatu yang belum terjadi itulah iman. Teri Roberts tengah menderita kanker stadium 4 (sebelum peristiwa anaknya melakukan penembakan) dan ia memilih bertahan di dalam anugerah Tuhan dan tetap memiliki pengharapan di dalam Tuhan serta melihat segala kebaikanNya.
Berdoalah Bersama.Biasakan ini menjadi habit. Ketika keluarga menghadapi pergumulan, jadikanlah Doa Bersama menjadi benteng pertahanan keluarga. Ingat ini seperti sebuah peperangan rohani. Jangan sampai ada anggota keluarga lengah dan lemah, karena kurang berdoa. Kita mengikat pertahanan iman dengan doa.
Carilah Sahabat dan Komunitas. Perubahan dan transformasi tak akan terjadi di dalam sebuah isolasi. Sahabat, konselor, mentor, gembala, bahkan komunitas sering dipakai Tuhan untuk menolong kita. Ketika suami Teri Roberts tidak siap untuk mengunjungi para orang tua korban penembakan akibat tindakan anaknya, ia mencari sahabat dan konselor untuk masalah trauma untuk pergi bersama dengan mereka mengunjungi keluarga para korban. Tepatlah yang dikatakan firman Tuhan, “Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkotbah 4:12)

RENUNGKAN
Siapa yang kita cari di tengah kesulitan? Apakah kita lebih bergantung pada orang atau diri sendiri? Ataukah kita semakin bergantung pada Tuhan?

SHARINGKAN
Bagikanlah pengalaman hidup beserta keluarga ketika menghadapi badai yang menghantam? Adakah pengalaman bersama Tuhan di tengah tekanan memperkaya iman saudara?

POWER STATEMENT

IMAN YANG BERTAHAN DI TENGAH KESULITAN KETIKA BETUL-BETUL MENGANDALKAN TUHAN DAN TIDAK MENJADIKAN DIA SEBAGAI CADANGAN


Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

No comments:

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...