Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF. |
Nats:
Lukas 15: 11-32
AYAT MAS:
“Karena
jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni
kamu. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni
kesalahanmu.” (Matius 6:14-15)
“Adakah yang saat ini “terhilang” dalam keluarga secara
relasi? Adakah luka yang ditinggalkan oleh mereka? Adakah kita bersedia
mengampuni mereka?
REFLEKSI:
Kisah
klasik dalam Alkitab, yang penuh makna adalah “Kisah Anak Yang Hilang.” Ada
beberapa pola yang kita bisa lihat dalam karakter si bungsu ini:
- Menuntut (ayat 12). Ia menuntut dari sang ayah tentang harta.
- Memboroskan (ayat 13). Gaya hidup hedonisme.
- Menjauh (ayat 15). Sengaja pergi dari orang tua untuk mencari kebebasan. Ironisnya di rumah bahagia, justru di tempat lain ia menderita.
- Menyesal (ayat 17-18). Penyesalan setelah menyadari keadaannya.
- Mengakui (ayat 18-20). Si anak yang terhilang, tak berhenti dari sekedar menyesali tetapi mengakui perbuatannya, dimana ia bersalah.
- Meminta maaf (ayat 21). Si anak dengan jujur meminta maaf atas kesalahannya kepada sang bapa. Dengan tulus ia berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga, dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.”
- Menyatu kembali dengan keluarga (ayat 22-24). Si anak “badung” ini kembali menerima belas kasihan, dan menerima pengampunan sang ayah. Jika sang ayah bersedia mengampuni, tapi si anak tak mau kembali, tak mungkin terjadi rekonsiliasi. Reuni dengan keluarga membawa kebahagiaan.
Ini bukan saja cerita dalam
Alkitab, berapa banyak orang tua terluka karena anak terhilang dalam keluarga. Banyak anak merasa di rumah
dikekang, ingin mencari kebebasan, tapi di tempat yang salah. Namun seringkali
terjadi dilema, bertahan di luar menderita, pulang merasa malu. Begitu banyak
orang tua pun ikut menderita akan ulah “prodigal
son” atau “prodigal daughter.”
Yang paling membuat duka yang
mendalam, ketika sang anak terhilang dalam iman. Padahal sebelumnya anak
sekolah minggu atau remaja gereja yang baik. Setelah ia merasa mandiri, mulai
unjuk gigi, bersahabat dengan teman yang salah (1 Korintus 15:33-34), lepas
kendali, jadilah anak yang tehilang. Yang membuat lebih parah, adalah karena
berusaha menjauh dari keluarga.
Ketika menjauh semakin terisolasi dalam relasi.
Namun selalu ada pengharapan dari
orang tua, doa orang tua tak sia-sia. Dan kita belajar dari sang bapa dari
kisah anak terhilang ini. Sang Bapa:
- Menanti (ayat 20).
- Mengampuni
- Menerima kembali (ayat 22) tanpa mengungkit-ungkit.
- Memperlakukan dengan baik.
- Membangun relasi kembali
Jika sang ayah tak memiliki 5
sikap di atas, tak mungkin terjadi relasi yang dipulihkan. Hal yang sangat
krusial adalah sang ayah mengampuni. Namun
pengampunan selalu melibatkan dua pihak. Jika sang anak tak mengakui
kesalahannya dan mau minta maaf dan kembali tak akan terjadi rekonsiliasi. Jika
sang ayah berkeras hati, karena sudah terlukai, dan menolak anak ini, tak
mungkin terjadi rekonsiliasi.
Pengakuan
membawa pengampunan dan pengampunan membawa pemulihan. Pemulihan membawa
perubahan yang radikal. Kisah Billy Graham banyak menginspirasi orang tua yang
merasa hopeless dan helpless dengan anak-anak yang
memberontak (rebellious). Putra dan putrinya sempat meninggalkan orang
tuanya. Billy dan Ruth Graham tak pernah berhenti berharap dan berdoa.
Singkatnya, anak-anaknya kembali. Sang putri bercerita di Gedung Putih, Washinton,
ketika jasad sang ayah disemayamkan dan
orang-orang terkenal menghadiri upacara kedukaan. Sang putri mengisahkan, betapa
ia merasa malu, ketika beberapa kali menikah dan cerai, dan ingin pulang ke
rumah, ia berpikir, pasti orang tuanya tak akan menerima kembali. Namun Billy,
seperti ayah di kisah Alkitab, menanti sang putri, dan ketika melihat putrinya
pulang ke rumah, ia hanya berkata, “Welcome
home!” Itulah yang mengubah putri Billy Graham, ia sekarang menjadi
pembicara dan penulis terkenal di USA.
RENUNGKAN
Adakah pengampunan yang selama ini belum kita berikan kepada
anak atau saudara yang telah melukai kita dalam keluarga?
SHARINGKAN
Bagikanlah pengalaman yang terjadi ketika Saudara berhasil
mengampuni orang-orang yang telah melukai Saudara baik sebagai orang tua atau saudara
kandung? Apa yang terjadi dan bagaimana dampaknya bagi keluarga?
POWER STATEMENT
ANUGERAH DAN PENGAMPUNAN BERJALAN BERSAMAAN DAN
HAL ITU DIBERIKAN KEPADA ORANG YANG KITA ANGGAP TAK LAYAK MENERIMANYA
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment