Friday, March 22, 2019

Grace Based Parenting: A nugerah dan Kebenaran yang Memperkaya Relasi di Rumah

Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Nats:
Yohanes 1:1-17

Ayat Mas: 
 “…..tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” (Yohanes 1:17b)

“Apakah anugerah dan kebenaran dipraktekkan secara bersamaan di dalam keluarga?”

REFLEKSI:
                Definisi anugerah yang sederhana adalah pemberian yang diberikan kepada orang yang tak layak menerimanya. Itulah yang dilakukan Allah kepada kita.  Yohanes memberikan pernyataan yang sangat “powerful”: “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.” (Yoh 1:16). Dalam Bahasa Inggris lebih lengkap, “From the fullness of His grace we have all received one blessing after another.” Allah bukan sekedar melimpahkan anugerah, tetapi berkat yang mengikuti dari waktu ke waktu. Hidup kita benar-benar adalah from grace to grace, blessing to blessing.
                Ketika kami menantikan kehadiran dan kelahiran putri kami yang kedua, istri saya beberapa kali mengalami sakit yang cukup serius, dokter mengatakan pengobatan yang dilakukan dapat beresiko pada  ibu serta janin dalam kandungan. Penantian yang penuh ketakutan sekaligus pengharapan. Dan Tuhan selalu baik, ada rencana-Nya yang selalu indah, supaya kami tetap bersandar pada anugerah Allah. Ketika itu putri kedua kami lahir dalam keadaan sehat demikian juga dengan istri saya pun sehat, bukan tanpa maksud, kami berikan nama Charisse (Yun: Xaris/Charis) yang artinya anugerah. Karena kami begitu mengalami dan merasakan anugerah yang melimpah ketika putri kami lahir dalam keadaan normal dan sehat.
                Anugerah bukan hanya dirasakan sebagai “pemberian” dari Allah, tetapi anugerah perlu dijadikan sebagai “gaya parenting” kita sebagai orang tua. Pengertian mendasar dari Grace-based Parenting adalah menerima anak-anak bukan berdasarkan jasa mereka, melayani anak-anak bukan karena kewajiban dan memotivasi anak-anak untuk mencapai kekudusan yang lebih tinggi tanpa penghukuman. Dan kita menjadi orang tua yang dengan sukacita mengenali potensi yang Allah berikan kepada anak-anak kita dengan kekuatan dan kelemahannya, kelebihan dan kekurangannya, dan dengan penuh pengorbanan membantu mereka memaksimalkan potensi mereka untuk kemuliaan-Nya.
                Sebagai orang tua, kita perlu belajar menerima anak kita apa adanya, bahkan ketika mereka membuat kita jengkel dan kesal, bahkan mungkin mempermalukan kita. Ini tidak mudah! Tetapi kita belajar dari Allah sendiri, karena Allah menerima kita bukan setelah kita saleh dan baik, tetapi ketika kita masih berdosa (Roma 5:8).
                Berkat yang menyertai dalam keluarga ketika kita mempraktekkan “Grace Based Parenting” di antaranya:
  • Melihat yang terbaik dari setiap pribadi dalam keluarga khususnya anak-anak
  • Mengurangi persaingan antar kakak adik (saudara kandung)
  • Memperkuat keyakinan anak di sekolah
  • Menjadikan anak sebagai teman baik untuk teman lain bahkan memilih teman dengan bijaksana
  • Menolong anak bagaimana menghadapi kesulitan
  • Membuat anak hormat pada otoritas
  • Membantu anak menanggapi dengan positif antara disiplin dan koreksi
  • Mempersiapkan anak-anak ke depan menjadi pribadi lebih baik
  • Membimbing anak menjadi seorang yang penuh anugerah kepada orang lain (generous and gracious person)

Tetapi sebelum semua itu terjadi, harus dimulai dari orang tua, kita perlu:
  • Membiarkan anugerah Allah memenuhi orang tua lebih dahulu.
  • Membiarkan anugerah Allah mentransformasi cara kita memandang hidup kita dan menghidupinya dalam anugerah.
  • Membiarkan anugerah Allah menolong kita mendidik dan membesarkan anak kita.
           Prinsip yang tak boleh kita lupakan: anugerah dan kebenaran harus berjalan berdampingan. Aturan tanpa relasi akan menghasilkan pemberontakan. Hubungan tanpa aturan membawa perusakan (memanjakan dan menuruti setiap keinginan anak akan merusak pribadi anak).
    Orang tua yang bijak perlu memberikan disiplin dan koreksi ketika anak berbuat salah, tidak dibiarkan. Namun kita memberikan anugerah dan kasih sehingga anak dapat berubah dan memperbaiki kesalahannya. Koreksi dan kasih karunia berdampingan. Perintah dan anugerah mengarahkan. Disiplin dan doa menguatkan.


RENUNGKAN
Sudahkah sebagai orang tua mempraktekkan anugerah dan kebenaran secara seimbang, dengan tidak terlalu menekankan yang satu dari yang lain?

SHARINGKAN
Adakah pengalaman pribadi ketika orang tua harus mempraktekkan anuegrah dan kebenaran saat anak kita berbuat kesalahan?

POWER STATEMENT:
 PERINTAH DAN ANUGERAH MENGARAHKAN.
DISIPLIN DAN DOA MENGUBAHKAN.

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

No comments:

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...