Tuesday, March 26, 2019

Grace Based Parenting: Y ESUS SEBAGAI KEPALA KELUARGA


Nats:
Efesus 5:21 – 6:4

Ayat Mas: 
“dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” (Efesus 5:21).

Apakah selama ini kita telah menundukkan diri kepada Kristus? Benarkah Tuhan Yesus telah menjadi pusat dan kepala dalam keluarga?

REFLEKSI:
                Tuhan Yesus ingin menjadi Tuhan atas hidup kita (Roma 14:9). Jika demikian, Kristus seharusnya menjadi pemilik dan pengatur hidup kita, bisnis kita, studi kita serta rumah kita. Dan kita tak akan pernah mendapatkan sukacita sejati dalam kerutinan kita, sampai kita menyerahkan sepenuhnya kepada Kristus. Sampai kita mengatakan, “Apa pun yang Yesus katakan, baik di sekolah, di gereja, dan di rumah, apa pun yang Yesus katakan, saya akan lakukan!”
                Setiap orang merindukan rumah dan keluarga yang bahagia. Tentunya kebahagiaan di sini melebihi dari kepuasan dari kebutuhan sehari-hari. Rumah yang penuh dengan aroma saling menghormati bukan bau yang saling merendahkan. Rumah penuh tawa bukan kepahitan. Kontak mata bukan sekedar kontak handphone. Damai bukan konflik. Perasaan kebersamaan bukan kesendirian.
                Jika kita ingin menjadi  keluarga yang bahagia, kita harus terlebih dahulu meletakkan dasar rumah tangga kita di bawah Ketuhanan Kristus.  Percaya Kristus sebagai Juruselamat, menyerahkan diri kita kepada Dia sebagai Tuhan, dan mengorientasikan seluruh hubungan keluarga di dalam Dia, dan mentransformasi rumah kita menjadi surga kecil di bumi. Meskipun di dalam anggota keluarga kita ada yang belum percaya Tuhan, ada banyak anugerah dan kuasa untuk kasih kita di bawah Ketuhanan Kristus.
                Efesus 5 dan 6 adalah teks Alkitab yang sudah kita kenal. Berhubungan dengan suami istri serta orang tua dan anak.  Inti dari kedua pasal itu sebetulnya sama: Jika Kristus menjadi Tuhan kita, Ia harus menjadi Tuhan atas keseluruhan hidup kita. Tetapi kembali pada ayat sebelumnya, ayat 15, “Karena itu perhatikanlah dengan sesama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.”  Dan di ayat 21, “dan rendahkanlah (dalam terjemahan lain: tundukkanlah) dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Dan di ayat sebelumnya, ayat 18, “tetapi hendaklah hidupmu penuh dengan Roh.”  Ketika Roh Kudus memenuhi kita, hati kita akan penuh dengan ucapan syukur dan pujian (ayat 19, 20). Tunduk kepada seseorang bukan berarti sebuah pemberontakan dari inferioritas atau sekedar menyenangkan seseorang. Tetapi lebih kepada demontsrasi kerendahan hati dan kesiapan untuk melayani.
                Aplikasi dari ayat-ayat tersebut dalam konteks di rumah/keluarga adalah ketika istri tunduk pada suami, suami mengasihi istri, anak-anak taat dan hormat pada orang tua. Semua itu terjadi ketika Roh Allah bekerja di dalam kehidupan keluarga. 1 Korintus 12:3 menegaskan, “…tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.” Ketika seorang dengan rendah hati tunduk di bawah Ketuhanan Kristus, Roh Kudus bekerja. Jika kerinduan kita adalah supaya terjadi transformasi di dalam kehidupan keluarga kita, kita harus menyerahkan seluruh hidup kita kepada Kristus, dan menyerahkan keseharian kita sebagai ibadah kepada-Nya. Ketika Yesus menjadi kepala, kehidupan dalam rumah tangga akan ditransformasi.

RENUNGKAN
Bagi mereka yang mendambakan keluarga bahagia: Apakah kita sudah dipenuhi Roh Kudus? Apakah kita telah tunduk di bawah Ketuhanan Kristus?

SHARINGKAN
Bagaimana pengalaman saudara sebagai suami, istri dan anak-anak untuk belajar menundukkan diri dalam konteks ketaatan kepada Kristus. Adakah halangan-halangan atau karakter yang membuat kita sulit untuk menundukkan diri?

POWER STATEMENT
TUNDUK PADA KRITUS BERARTI KITA HARUS MENTUHANKAN DIA BUKAN MENTUHANKAN DIRI

Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.

1 comment:

Anotona Bali said...

Amin....Sharing yg memberkati

SIBUK BELUM TENTU BAIK, DIAM TAK SELALU BURUK

Nats:  Lukas 10:38-42 “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (...