Nats:
Efesus 5:21 – 6:4
Ayat Mas:
“dan
rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.”
(Efesus 5:21).
Apakah selama ini kita telah menundukkan diri kepada
Kristus? Benarkah Tuhan Yesus telah menjadi pusat dan kepala dalam keluarga?
REFLEKSI:
Tuhan
Yesus ingin menjadi Tuhan atas hidup kita (Roma 14:9). Jika demikian, Kristus
seharusnya menjadi pemilik dan pengatur hidup kita, bisnis kita, studi kita
serta rumah kita. Dan kita tak akan pernah mendapatkan sukacita sejati dalam
kerutinan kita, sampai kita menyerahkan sepenuhnya kepada Kristus. Sampai kita
mengatakan, “Apa pun yang Yesus katakan, baik di sekolah, di gereja, dan di
rumah, apa pun yang Yesus katakan, saya akan lakukan!”
Setiap
orang merindukan rumah dan keluarga yang bahagia. Tentunya kebahagiaan di sini
melebihi dari kepuasan dari kebutuhan sehari-hari. Rumah yang penuh dengan
aroma saling menghormati bukan bau yang saling merendahkan. Rumah penuh tawa
bukan kepahitan. Kontak mata bukan sekedar kontak handphone. Damai bukan konflik. Perasaan kebersamaan bukan
kesendirian.
Jika
kita ingin menjadi keluarga yang
bahagia, kita harus terlebih dahulu meletakkan dasar rumah tangga kita di bawah
Ketuhanan Kristus. Percaya Kristus
sebagai Juruselamat, menyerahkan diri kita kepada Dia sebagai Tuhan, dan mengorientasikan
seluruh hubungan keluarga di dalam Dia, dan mentransformasi rumah kita menjadi
surga kecil di bumi. Meskipun di dalam anggota keluarga kita ada yang belum
percaya Tuhan, ada banyak anugerah dan kuasa untuk kasih kita
di bawah Ketuhanan Kristus.
Efesus
5 dan 6 adalah teks Alkitab yang sudah kita kenal. Berhubungan dengan suami
istri serta orang tua dan anak. Inti
dari kedua pasal itu sebetulnya sama: Jika Kristus menjadi Tuhan kita, Ia harus
menjadi Tuhan atas keseluruhan hidup kita. Tetapi kembali pada ayat sebelumnya,
ayat 15, “Karena itu perhatikanlah dengan sesama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Dan di ayat 21, “dan rendahkanlah (dalam
terjemahan lain: tundukkanlah) dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
akan Kristus. Dan di ayat sebelumnya, ayat 18, “tetapi hendaklah hidupmu penuh
dengan Roh.” Ketika Roh Kudus memenuhi
kita, hati kita akan penuh dengan ucapan syukur dan pujian (ayat 19, 20). Tunduk
kepada seseorang bukan berarti sebuah pemberontakan dari inferioritas atau
sekedar menyenangkan seseorang. Tetapi lebih kepada demontsrasi kerendahan hati
dan kesiapan untuk melayani.
Aplikasi
dari ayat-ayat tersebut dalam konteks di rumah/keluarga adalah ketika istri
tunduk pada suami, suami mengasihi istri, anak-anak taat dan hormat pada orang
tua. Semua itu terjadi ketika Roh Allah bekerja di dalam kehidupan keluarga. 1
Korintus 12:3 menegaskan, “…tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus
adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.” Ketika seorang dengan rendah hati tunduk
di bawah Ketuhanan Kristus, Roh Kudus bekerja. Jika kerinduan kita adalah
supaya terjadi transformasi di dalam kehidupan keluarga kita, kita harus
menyerahkan seluruh hidup kita kepada Kristus, dan menyerahkan keseharian kita
sebagai ibadah kepada-Nya. Ketika Yesus menjadi kepala, kehidupan dalam rumah
tangga akan ditransformasi.
RENUNGKAN
Bagi mereka yang mendambakan keluarga bahagia: Apakah kita
sudah dipenuhi Roh Kudus? Apakah kita telah tunduk di bawah Ketuhanan Kristus?
SHARINGKAN
Bagaimana pengalaman saudara sebagai suami, istri dan
anak-anak untuk belajar menundukkan diri dalam konteks ketaatan kepada Kristus.
Adakah halangan-halangan atau karakter yang membuat kita sulit untuk
menundukkan diri?
POWER STATEMENT
TUNDUK PADA KRITUS BERARTI KITA HARUS MENTUHANKAN DIA BUKAN MENTUHANKAN DIRI
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
1 comment:
Amin....Sharing yg memberkati
Post a Comment