Nats:
Yohanes
4:1-9
Ayat Mas:
“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan
usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan
menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah
kepada kamu.”
(1 Tesalonika 2:9)
PENDALAMAN
Sisi kemanusiaan Kristus
digambarkan dengan jelas oleh Yohanes, “Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu duduk di pinggir sumur” (Yohanes 4:6). Dalam keadaan seperti ini,
Yesus seharusnya relax dan tak
diganggu oleh siapapun. Namun, kenyataannya tidak. Yesus menjangkau dan menembus hati yang paling
dalam dari seorang perempuan berdosa. Ia berusaha menjangkau orang lain ketika Ia sendiri di dalam kelelahan
secara fisik karena Ia memiliki hati yang
melayani.
Teladan Kristus mengajarkan kita
semua bahwa hati yang melayani adalah “hati yang bekerja.” Paulus terus bekerja untuk memberitakan Injil.
Martin Luther ketika menuju tempat tidur, ia langsung tertidur karena
kelelahan. D.L. Moody berdoa dengan jujur di tempat tidurnya, “Tuhan, aku
lelah!” John Wesley menempuh perjalanan 60 sampai 70 miles per hari dan
rata-rata berkhotbah 3 kali sehari.
Setiap keputusan yang kita ambil
menentukan dan menunjukkan jenis hati kita. Hati yang sempit, meskipun aman dan
terlindungi, tak pernah memberi sumbangsih apapun. Tak ada seorang pun yang
merasakan berkatnya, dari orang yang punya simpati terbatas dan visi yang
sempit. Di sisi lain, hati yang melayani, adalah hati yang paling mengerti apa
yang membuatnya sukacita dan jejak apa yang ditinggalkan di dunia. Menabur
ketulian, kita tak dapat mendengar dukanya dunia dan sekaligus simponi Allah
yang mulia. Kita menanam kebutaan, kita tak dapat melihat keburukan dosa dan
sekaligus tak bisa melihat keindahan ciptaan Allah. Membatasi hati yang kecil,
kita merasa nyaman dengan perahu berlayar, tapi tak bisa merasakan hembusan
angin Roh kudus yang membuat perahu iman kita berlayar dan berlabuh ke tempat
yang tepat. Kisah Tuhan Yesus dengan
perempuan Samaria memberikan kita gambaran dari hati yang tersentuh dan mau
melayani orang berdosa.
Hati yang melayani adalah hati
yang luas yang tetap melayani meski lelah. Hati yang melayani dipenuhi kasih
yang mendobrak berbagai halangan kehidupan dan berusaha menjangkau orang lain.
Hati yang melayani adalah gabungan dari potensi ilahi dan sisi manusiawi yang
selalu berusaha mengasihi, meskipun mungkin telah tersakiti.
Jenis hati yang seperti
apakah yang kita miliki? Meski kita lelah, adakah
kita memiliki hati yang tetap melayani? Atau, adakah
saat-saat kita berpikir kita ingin berhenti melayani?
Tetaplah mengakui
kelelahan kita di hadapan Allah, mintalah kekuatan baru di dalam anugerah-Nya dan jangan pernah menyerah tapi berserah!
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment