Nats:
Yohanes
4:15-26; Matius 5:3-12
Ayat Mas:
“TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu
kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya” (Nahum 1:7).
PENDALAMAN
Konsep yang salah tentang Allah
sering berpengaruh di dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, dalam hal parenting.
Para orang tua diyakinkan bahwa tujuan kita merawat, mendidik dan membesarkan
anak-anak adalah membuat mereka bahagia. Sayang cara berpikir itu menjadi
keliru, banyak orang tua akan berusaha sedemikian rupa untuk membuat anak
bahagia di dalam kaca mata si anak itu sendiri. Surat kabar Los Angeles Times memaparkan, banyak
pasangan muda yang menikah tak mau punya anak. Salah satu alasan utamanya
adalah mereka tak mau memikul tanggung jawab setelah punya anak harus membuat
anak bahagia. Kemudian catatan Surat Kabar tersebut menyebutkan bahwa banyak
orang terlalu kadung berpendapat
bahwa kebahagiaan lebih dari segalanya. Dengan demikian, anak-anak dengan mudah menuduh
orang tua dengan tuduhan, “Kalian (orang tua) tidak membuat kami bahagia
seperti yang kami inginkan. Karena itu, kalian tidak mengasihi kami.” Pemikiran
yang salah ini sering diprojeksikan kepada Allah Bapa sehingga dengan mudah
kita membayangkan Allah sedang berusaha keras sedemikian rupa untuk membuat
anak-anak-Nya
bahagia berdasarkan keinginan anak-anak-Nya, khususnya ketika kita berdoa.
Beranjak dari pemahaman Allah
adalah Kasih (agape), tingkatan kasih
yang tertinggi. Kasih agape selalu
mempunyai dua aspek: Intelegensia Allah
dan Kehendak-Nya. (Kent Hughes, Preaching the Word: John). Allah melihat dengan kemampuan
inteligensianya yang lebih besar dan perspektifnya yang lebih luas daripada apa
yang kita bayangkan. Ia tahu apa itu kebahagiaan yang sejati, dan di dalam
kehendak-Nya
Ia akan membuat kita bahagia. Dan ingatlah Allah itu baik! Ia selalu baik! Tapi ingatlah kebahagiaan dan kebaikan Allah
harus dalam definisi Allah sendiri.
Kebahagiaan dan kebaikan Allah
itu harus seimbang dengan kebenaran bahwa Allah itu kudus, memiliki pengetahuan
yang sempurna, kehendak-Nya selalu benar dan tak ingin memberikan kebahagiaan yang semu. Kebaikan-Nya tak pernah bertentangan dengan Kebenaran-Nya.
Pada saat kapan kita sering menyalahartikan kebaikan
Allah berhubungan dengan kebahagiaan dengan definisi kita sendiri? Apa definisi
bahagia menurut Matius 5:3-16?
Berdoalah agar kita memahami kasih Allah dengan benar dan
tidak membenarkan kebahagiaan yang kita minta yang justru bertentangan dengan
kehendak Allah.
Ditulis oleh:
Ps. Drs. Dedy Sutendi, M.Div., MAPCC., MASF.
No comments:
Post a Comment